“Kuterima
suratmu, t’lah kubaca dan aku mengerti. Betapa merindunya, dirimu akan hadirnya
diriku di dalam hari-harimu, bersama lagi.”
Pada
sore menuju senja, sekelompok mahasiswa yang tengah mengikuti pendidikan di
Unit Kegitan Mahasiswa (UKM) Komunitas Musik Mahasiswa (KMM) Ruang Inspirasi
Atas Kegelisahan (RIAK) mengisi waktu istirahatnya dengan bernyanyi. Di saat
yang bersamaan, seorang memukul drum pad dengan stik drum dan seorang
lainnya memainkan jarinya di atas keyboard sembari membaca pertitur.
Sesekali mereka tertawa.
Kegiatan
yang mereka lakukan jadi pemandangan yang tak asing bagi warga UKM lainnya.
Pasalnya, hampir setiap hari mereka mengisi sudut lantai tiga Gedung Student
Center (SC), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nanda
Khairunnisa Jusuf, mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional semester 2 yang
mengikuti Proses Genetika (Progeni) UKM KMM RIAK mengaku ada banyak hal ia
dapat dari UKM. “Kalo buat Nanda, di RIAK enggak cuma belajar musik, tapi juga
belajar organisasi, mempererat tali persaudaraan dengan calon anggota lain,”
ujarnya seusai latihan, Jumat (13/3) malam.
Tak
hanya itu, Nanda juga merasa rasa egoisnya mulai terkikis seiring setengah
tahun lebih di UKM. Bersama 15 temannya, Nanda diajarkan untuk tidak egois.
Intensitas pertemuan yang hampir setiap hari, timbul pula keserasian dengan
temannya yang berasal dari fakultas yang berbeda.
Hal
yang sama juga dirasakan Moh. Ibnu Abbas, anggota Kelompok Pecinta Alam (KPA)
Arkadia. Laki-laki yang memiliki panggilan ‘Samuk’ di Arkadia ini diajarkan abang-abangannya
untuk menjaga kesolidan dengan anggota lainnya.
“Kekeluargaanya
benar-benar dijaga, pernah waktu itu ada angkatan gue yang mau keluar dari
Arkadia. Dia orang Sukabumi, gue sama anggota lain nyamperin ke
rumahnya, bilang sama orang tuanya supaya dia bisa tetap di Arkadia. Dan
akhirnya dia tetap lanjut (di Arkadia),” terang Samuk, Jumat (13/3).
Samuk
juga pernah merasakan perhatian lebih yang diberikan teman sampai abang-abangannya.
Selesai ikut pelantikan di Gunung Salak, kaki Samuk lecet dan bengkak, hingga
ia menderita tipes. Kala itu, Samuk juga tak memegang uang sepeser pun, tapi ia
disarankan untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. “Waktu
itu gue dijenguk, dibeliin obat, disuapin.
Gue bilang mau gantiin uangnya, mereka bilang enggak usah. Mereka
ngertiin,” katanya.
Sementara
itu, Ardiansyah Pratama, anggota futsal di UKM Federasi Olahraga Mahasiswa
(Forsa) UIN Jakarta ini menjelasakan, di kelas tidak ada pelajaran yang
membentuk sikap dan karakter mahasiswa. Di kelas, kata Ardi, mahasiswa hanya
mendapatkan hal yang bermanfaat bagi individu itu sendiri, tapi kalau di UKM
bisa mengejar karya dan prestasi yang mengharumkan nama UIN Jakarta.
Belajar dari Nol
Setiap
mahasiswa yang tergabung dalam UKM juga belajar dari nol, dari yang tak bisa
apa-apa jadi bisa. Nanda merasakan hal itu, ketika ia baru masuk KMM RIAK, ia
mau mencari ilmu baru dan belajar dari nol. “Awalnya belum bisa menguasai alat
musik apapun. Tapi dengan latihan yang sering dan abang-abangan melatih
dengan sabar, akhirnya sekarang Nanda bisa main keyboard, baca partitur
dan sekarang lagi menggarap musik klasik,” ujar Nanda.
Senada
dengan Nanda, Ardi merasa di UKM semuanya belajar dari awal. Ardi menambahkan,
di UKM, mahasiswa belajar berdasarkan pengalaman. “Karena orang yang
berpengalaman lebih diterima omongannya,” tutup mahasiswa yang telah empat
tahun di Forsa ini, Sabtu (14/3).
Syah
Rizal