![]() |
Sumber: id.inter-pix.com |
Oleh:
Ikhya Ulumuddin*
Pada
hari yang menjadi gelap, tak disangka muncul ke dunia nyata bukan lagi dalam
ruangan sempit nan bulat, satu laki-laki sedikit gemuk dan tembem. Wajah
nan anggun tersenyum dihadapan para penjenguk, “kamu ganteng sekali” ujar salah
satu penjenguk, padahal bayi itu tidak tahu apa yg dikatanya dan dikatakan
semua manusia. Mungkin karena melihat cahaya atau mendengar sesuatu yang
menggembirakan hatinya si bayi tersebut tersenyum. Malam telah berganti menjadi
siang, kekhawatiran si ibu bangun dalam tidurnya ketika mendengar suara yang
sama dari para komunitas bayi. Selembaran kerta dengan penuh pikiran dan
ketentuan untuk menumpahkan air hitam penuh nama dan harapan serta menjadikan
si bayi ini ada, dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi manusia yang
bijaksana.
Lingkungan
penuh debu fundamental garis keras membuat si bayi terbatuk dan mengeluarkan
lender-lendir kejijian, padahal dia tidak tahu dunia apa yang ada diluar,
terasa nyaman sekali berada di gendongan sang ibu meskipun diberi cahaya yang
berbeda dari yang seharusnya.
Rumah
reot, dibawah naungan langit, dimakan ladang padi yang membentang, diwarnai
dengan ketaatan pada agama dan kepercayaan-kepercayaan mistis, membuat
lingkaran hitam dan titik-titik didalamnya terisi para manusia juru bicara atau
penyambung lidah tuhan, meskipun yang dibicarakan tidak paham. masayarakat
tersebut disebut sebagai masyarakat lingkaran, ‘ya mereka hanya berbicara saja’.
Kedatangan sang bayi ini menggembirakan para manusia itu, membuat mereka
tersenyum dan berkata “semoga kau menjadi anak yang soleh atau solehah dan
berbakti kepada kedua orang tua mu”. Masayarakat lingkarang sepertinya sedang
tidur di malam itu tapi tidak untuk di siang hari begitu juga sore hari, dan
setiap waktunya. mereka sedang lelap dalam jaminan ternyata. selalu saja merasa
kangen dengan sebuah kata-kata yang dibikin untuk menidurkan orang, berlindung
dan mengumpat dibelakangnya seperti yang terjadi di masyarakat lingkaran.
Tutup
mata ketika tembus sedikit cahaya dari kain dogma dan ajaran, selanjutnya
menyuruh si A untuk menutup kainya. mereka tidak mau di dalam ada cahaya, karna
itu bukan kehidupanya. asing baginya melihat dunia di luar dan orang-orangnya
pun asing bagaikan alien yang berkepala besar. Satu kepala suku dari republik
lingkaran menganjurkan si pemilik bayi agar dikasih peringatan-peringatan
tentang bahaya yang melandanya ketika dia tumbuh dewasa. lagi-lagi bayi itu
sebenarnya pura-pura mendengar karena dia tidak bisa memahami. Bayi itu tumbuh
dewasa 5 tahun, seorang bayi laki-laki yang manis dan ganteng “kata sang ibu”,
dengan keberanianya bayi itu menapaki lantai, merangkak mencoba menegakan
badanya dan berjalan keluar dari ligkaran hitam tanpa rasa takut kepada
siapapun, mencoba meraih cahaya yang ada diluar. Sayang sekali hari sudah
menjelang petang sang bayi pun ditarik oleh ibunya kembali kepangkuan nyamanya
bagaikan tembok besar dengan sebuah gerbang yang terkunci rapat dan kunci
tersebut ada pada kepala suku lingkaran. Kesenangan bagi sang bayi telah musnah
pada hari itu. malang sekali nasibmu nak, tidak bisa meleburkan gerbang
menjulang tinggi dihadapanmu.
Ketika
bahasa, kata dan kalimat menampakan diri serta tersenyum indah kepadanya, sang
ibu palsu lantas merenggutnya dan menawarkan sebuah alternatif baru. “sebelum
kau bertambah besar, maka ikutilah apa kataku karena inilah satu-satunya yang
terbaik untukmu” ujarnya. dunianya menjadi dunia sang ibu. si bayi itu menangak
ke atas melihat langit sungguh besar nan indah ingin sekali mengantonginya
dijadikan sebuah mainan buat pengantar tidur, agar berpindah dari sang pangkuan
ibu. Dia anggap sang ibu hendak membunuhnya dengan sejata kata-kata bertopeng
dan sang ibupun bertopeng tanpa pernah menyadarinya, dengan garis-garis yang
indah pahatan yang bernuansa kesejatian. topeng tersenyum berwarna merah
menawarkan obat ekstasi lantas tidur. Sungguh senang rasanya tidak mengenali
alam yang luas termasuk dirinya sebagai bagian terkecil dari alam akan tapi
sekaligus yang terbesar secara kekuatan untuk menaklukanya. Merasa nyaman
dengan topeng yang tidak diketahui dan mempunyai hukum tersendiri bagi yang
terbius olehnya.
Begitulah
para masayarakat di republik lingkaran hanya bisa menampilkan batu keras tanpa
tersentuh tetesan air rasional untuk membuat lubang di dalamnya. di depan
mereka samudra nan luas, sedikit sekali rasanya orang yang berani mencari ikan
kebenaran disana demi menghidupi keluarganya. Kadang mereka hanya meminta
kepada tuhan untuk memberinya makan dan uang, untuk belanja keseharian tanpa
menggunakan tenaganya untuk mengangkat bumi, menghujaninya dengan air asin yang
keluar dari tubuh, menertawai mentari, menantangnya untuk berkelahi dan ketika
kala itu rembulan pun akan tersenyum padanya karna sudah memberinya berkah dan
mengalahkan sang sinar panas. Begitulah mereka menjajahi hidup dengan
menghindari tantangan baik yang datang dari penampakan maupun ideologi yang
gerus dengan gergaji mesin, lantas tumbang.
Sang
bayi yang diberi nama hikmah tumbuh dewasa kira-kira berumuran 10 tahun
dan menyandang gelar sebagai putra mahkota sang penerus kepala suku. Sampai
saat ini Gerbang nan besar itu belum juga terbuka, lantas sempat terbesit dalam
hati sang bocah berumur 10 tahun itu ‘ada apa sebenarnya di balik gerbang itu’,
“ah biarlah toh itu hanya gerbang biasa ko” ujarnya. Sang bocah pun
meninggalkan lokasi tersebut dan menuju gubuk reot di salah satu republik itu
untuk menjalani perintah dari sang ibu, yaitu mendengarkan ceramah imajinasi
sang kepala suku. Sang bayi tidak merasa puas dengan acara tersebut, ia ingin
keluar dari lingkaran itu dan lagi-lagi penasaran lantas berhenti di depan
gerbang besar. Sejauh ini tidak ada yang berani mendekati gerbang,
sampai-sampai menyentuhnya, karena kepala suku akan murka jika melihat
seseorang dari republik lingkaran keluar dari gerbang yang besar dan gelap
tersebut.
Waktu
teruslah hidup, jarum itu terus berputar tak kunjung henti selalu memutari
medan kosong, begitu juga sang bocah dengan kegembiraan kosongnya yang tak
terbatas, ia lupa akan sosok besar tak bernyawa, hitam gelap tak terlihat
apa-apa di luar sana. Pandangan biasa mungkin akan terhalangi oleh bayangan
besar sehingga tak terlihat sebenarnya diluar sana sangat ramai, dipenuhi oleh
para penembak jitu sniper dan para pekerja keras. Nampaknya mereka
itulah yang membuat para dewa enggan untuk memberikan makna yang sesungguhnya,
dewa itu pun berkata: “biarlah mereka menggunakan senapan dan tenaganya untuk
menembaku, sedangkan masih ada orang-orang yag masih terbius dengan obatku”.
Dia tertawa..hahaha..
Seperti
layaknya semua orang tua di dunia ini bahkan di mars sekalipun menginginkan
anaknya menjadi sukses, bahagia dan selalu taat terhadap agama, tapi sedikit
sekali orang tua yang menginginkan anaknya kelak menjadi bijaksana karena sudah
menjadi bagian dari republik lingkaran. Ketika sepulang sekolah kira-kira puku
12 siang, tak disangka seorang teman sebayanya bernama hikam,
mendapatkan perasaan yang sama (curiga dengan gerbang itu), dan sebenarnya hikam
tahu sedikit rumor tentang gerbang tersebut. Konon katanya dahulu kala ada yang
pernah membukanya dan satu langkah saja ia berjalan, lantas menghilang. Warga
lingkaran menduga bahwa terdapat sumur yang besar dan dalam, ketika seseorang
terjerumus ke dalamnya, maka ia tidak akan bisa kembali lagi. Hantu-hantu
penasaran dalam diri hikam menggebu dan mengajak hikmah
menemaninya mendekati gerbang.
Langkah
pelan tak berbunyi berbisik kepada rumput, kekhawatiran memuncak, kegelisahan
mencekik. Mendekati sesuatu yang besar disana langkah bagai ditumpuk batu
besar, jarum-jarum bertebaran dijalan, pandangan serasa jauh tak sampai, kanan
kiri jalan banyak wajah kepala suku, gerbang besar bagaikan “penggalan” di
zaman romawi. Tepat pukul 12 malam sampailah kedua anak tersebut di depan
gerbang yang bertuliskan “slamat kepada manusia sesungguhnya”.
Tak
seperti yang dibayangkan kedua bocah tersebut, bahwa gerbang itu adalah sesuatu
yang sakral dan tidak boleh disentuh sedikitpun. Ternyata pandangan seperti itu
runtuh ketika mereka keluar gerbang dengan memakai kunci duplikat, serasa bukan
dia yang sesungguhnya, sungguh terang cahaya yang ada di luar, cahaya kebijakan
menyinarinya sebagai manusia yang sesungguhnya, hakikat yang mempunyai akal dan
prasaan. Ketika kedunya kembali menuju repulik lingkaran, secacar bengis mereka
menghancurkan tembok-tembok yang melingkar menjadi rata dan secara otomatis
cahaya yang begitu terang dari luar menyinarinya. kepala suku, ketua RT, RW,
pemuka agama, tokoh masyarakat tak menduga bahwa rahasia yang selama ini dipendam
mengenai gerbang tersebut ternyata telah terkuak. Rahasia tersebut berisi
esensi agama dan kepercayaan, keharusan berpikir bebas, dan mengenai rahasia
alam semesta yang luas tak berujung tombak ini, dan wktu itu juga republk
lingkaran terselamatkan dari fundamentalis radikal dan namanya dirubah menjadi komunitas
para pembunuh tuhan.
*Penghuni
Mahasiswa Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) dan mahasiswa semester VIII, Jurusan
Aqidah Filsafat, UIN Jakarta