Guna mempermudah pemahaman pembaca, penyajian
informasi dapat disampaikan secara visual. Salah satunya infografik yang
berfungsi mendukung kekuatan berita, serta menarik perhatian pembaca. Hal
tersebut dikatakan oleh Direktur Design Multimedia KOMPAS, Septa Inigopatria
dalam Acara Jurnalism Extended, di
Bentara Budaya Jakarta, Jumat (6/2).
Septa menuturkan, infografik memiliki
dua nilai. Pertama, nilai fungsional, di mana infografik disajikan dengan
keakuratan data, menjawab pertanyaan 5w+1h (what,
who, when, where, why, dan how),
dan mudah dipahami oleh semua orang. Sedangkan kedua ialah nilai estetis. Di
mana infografik lebih menekankan pada keindahan serta kreativitas dalam membuatnya.
Dalam sesi bedah buku “Indonesia dalam
Infografik” Septa menjelaskan, ada dua jenis infografik. Pertama infografik
terkait berita, infografik ini terletak di dekat teks berita dan berfungsi
memperkaya informasi. Biasanya, pembuatan infografik ini tidak memerlukan waktu
yang lama karena data yang diambil sama dengan berita terkait.
Sedangkan, sambung Septa, infografik lepas merupakan infografik yang
berdiri sendiri tanpa terkait berita serta memiliki informasi yang utuh.
Berbeda dengan jenis infografik terkait berita, dalam membuat infografik lepas
membutuhkan waktu yang lama karena data harus dicari dari awal.
Menyajikan Foto yang Bercerita
Sementara itu, dalam diskusi buku ‘Unpublished’ fotografer
Harian KOMPAS, Yuniadhi Agung
menjelaskan, tidak semua foto yang dihasilkan dapat dipublikasikan untuk
berita. Dalam buku Unpublish misalnya, kumpulan foto fotografer KOMPAS yang tidak dipublikasikan bukan
berarti kualitas kurang bagus, namun karena keterbatasan halaman.
Menurut Agung, foto peristiwa akan
membuat sebuah berita terlihat lebih menarik. Selain itu, foto akan menambah
nilai tersendiri dalam sebuah berita yang disajikan. Dalam mengambil foto untuk
sebuah berita, seorang jurnalis dapat memilih angle yang berbeda. Perbedaan angle
juga akan mempengaruhi makna yang terdapat pada foto.
“Di situlah terlihat kepekaan serta kreativitas
seorang jurnalis dalam mengambil foto dalam sebuah peristiwa,” ujarnya, Jumat
(6/2). Ia menambahkan, banyaknya pengalaman di lapangan
memengaruhi seorang fotografer untuk mendapatkan foto yang bagus.
Sebelum terjun ke lapangan, fotografer
harus menguasai isu terlebih dahulu. Sebab, fotografer bercerita melalui foto
dan jurnalis seharusnya tidak perlu memikirkan lagi teknik dasar fotografi. “Kalau masih di ranah itu, berarti kita belum
bisa bercerita, karena untuk memotret saja masih bingung,” terangnya.
Tak hanya itu, tambah Agung, foto yang
bagus juga harus didukung oleh massa. Semakin banyak massa, artinya foto yang
dihasilkan dapat menghasilkan pengaruh yang besar. “Misalnya, KOMPAS memuat foto yang sama seperti
koran lain yang beroplah 20 ribu, pasti pengaruhnya akan berbeda dengan KOMPAS yang beroplah 500 ribu,” paparnya.
Menanggapi hal tersebut salah satu anggota
Lembaga Pers Mahasiswa Surya University, Antonius Eko Purwanto mengatakan,
infografik dan foto dalam berita sangat penting. “Mereka bisa mengetahui unsur
berita hanya dengan melihat infografik,” kata Antonius, Jumat (6/2).
IP