Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta bekerjasama dengan Badan Nasional Penananggulangan Terorisme (BNPT)
mengadakan dialog bertajuk Pencegahan
Terorisme di Kampus. Bertempat di Auditorium Harun Nasution, Selasa (9/12),
dialog dihadiri tak kurang dari 500 mahasiswa dari berbagai fakultas.
Duduk sebagai pembicara, Direktur Deradikalisasi BNPT,
Irfan Idris dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN
Jakarta, Zaki Mubarok, dengan moderator Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi (FIDIKOM), Sunandar. Dialog juga dihadiri oleh perwakilan
pejabat dari setiap fakultas, lembaga kemahasiswaan, dan Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) UIN Jakarta.
Dalam pemaparannya, Zaki menuturkan, dialog-dialog
seperti ini penting diadakan di kampus-kampus. Pasalnya, anak-anak muda seperti
mahasiswa masih sangat rentan menerima paham-paham radikal karena masih berada
dalam proses penegasan pandangan hidup. “Termasuk proses penegasan berideologi
dan beragama,” katanya.
Selain karena
faktor usia, menurut Zaki, ada faktor lain yang menyebabkan pelajar, khsususnya
mahasiswa, akhirnya berpaham radikal. Lemahnya kontrol juga menjadi salah satu
sebab anak di usia muda berpaham radikal. Baik kontrol dari keluarga maupun
dari guru atau dosen yang berada di lembaga pendidikan.
Zaki juga menegaskan, bahwa paham-paham radikal yang
diterima mahasiswa sebenarnya bukan dari mata kuliah yang diajarkan dosen di
kelas. Karena tidak ada kurikulum yang mengajarkan mahasiswa untuk berpaham
radikal. Melainkan didapat dari kegiatan-kegiatan lain mahasiswa di luar
kuliah.
Oleh karena itu, Zaki berharap agar kampus bertanggung
jawab dalam mengontrol kegiatan sosial maupun keagamaan mahasiswa yang berada
di lingkungan kampus. “Jika tidak, Indonesia akan kehilangan generasi-generasi
mudanya,” tandas Zaki.
Senada dengan Zaki, Idris Irfan selaku perwakilan BNPT
menegaskan, anak muda memang sangat rentan menerima paham-paham radikal.
Khususnya anak muda di usia 15-25 tahun. Data itu juga diperkuat dengan hasil
penelitian yang dilakukan BNPT, bahwa anak muda di usia tersebut, 49% memiliki
simpati terhadap paham-paham radikal.
Untuk mengatasi hal itu, sejauh ini pihak BNPT mengaku
telah berupaya untuk terus melakukan sosialisasi. “Termasuk pada masyarakt agar
tidak mudah menerima paham radikal yang kerap diiming-imingi surga Tuhan,”
terangnya.
Thohirin