Kebanyakan orang menganggap bahwa berpetualang hanyalah
kegiatan bersenang-senang untuk kepuasan dirinya sendiri. Padahal, berpetualang
tak hanya bicara tentang bersenang-senang di alam bebas, melainkan bisa juga
bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat di sekelilingnya.
Hal tersebut
diungkapkan Eji Anugrah Ramadhan selaku sukarelawan dari Greenpeace, organisasi yang bergerak di bidang lingkungan dan
kemanusiaan pada acara Satu Jam Bersama Kami Para Petualang. Acara ini diselenggarakan
oleh Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan (KMPLHK) Kembara
Insani Ibnu Battuta (Ranita) di Hall Student Center (SC), Kamis (18/12).
Ia mengatakan, banyak orang yang berpetualang di alam bebas, tetapi
malah merusak lingkungan yang ada. Seperti, merusak tumbuhan yang dilindungi,
membunuh hewan, dan membuang sampah sembarangan saat mendaki gunung. “Hendaknya
saat mendaki, kita tak boleh mengambil sesuatu kecuali foto, meninggalkan
sesuatu kecuali jejak, dan membunuh sesuatu kecuali waktu,” jelasnya, Kamis
(18/12).
Lain Eji lain pula Imung Hikmah. Menurut Imung, berpetualang
merupakan obat mujarab atas rasa ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan sekitar
seperti menyadarkan akan adanya keberagaman budaya di lingkungan kehidupan. Hal
ini dikarenakan, berpetualang akan mengenalkan manusia pada alam yang kaya
kebudayaan, sehingga ia dapat membuka cakrawala dengan menghilangkan pikiran sempit.
“Selain itu dengan berpetualang, kita jadi bisa menghargai perbedaan budaya,”
ujarnya, Kamis (18/12).
Berpetaulang, tambah Imung, juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan, serta membantu
mengaktualisasikan rasa dalam mensyukuri ciptaan-Nya. Selain itu, berpetualang
juga dapat memberikan perspektif baru tentang suatu hal.
“Jangan pernah takut untuk berpetualang. Kita harus berani
bermimpi menjelajah negeri yang jauh. Dan dengan berpetualang, kita bisa melatih
potensi dan kemampuan diri terhadap alam, lingkungan dan sosial,” lanjut wanita
yang merupakan Co-Founder KMPLHK Ranita.
Senada dengan Imung, Ika Zahara Qur’ani juga mengatakan hal yang
sama. Ia mengungkapkan, jangan berhenti bermimpi untuk bisa berpetualang
mengelilingi dunia meski tak memiliki uang banyak. Menurutnya, wawasan, ilmu, dan
kemahiran yang dimiliki pun dapat menjadi modal untuk berpetualang ke negeri
yang jauh di sana.
“Saya pernah berpetualang ke Nepal dan Amerika berkat beasiswa
yang saya dapatkan sewaktu duduk di semester tujuh. Keilmuan dan kemahiran kita
dalam hal apapun bisa jadi modal kita berpetualang ke luar negeri,” ungkapnya,
Kamis (18/12).
Dengan terselenggaranya acara ini, ketua pelaksana, Jajang
Nurzaman berharap acara Satu Jam Bersama Kami Para Petualang diharapkan bisa
mengubah paradigma khalayak tentang berpetualang yang sebenarnya. “Berpetualang bukan hanya untuk
kepuasan sendiri, melainkan bermanfaat juga untuk lingkungan sekitar,“ tutupnya,
Kamis (18/12).
AS