![]() |
Sumber: Dok.
Pribadi
|
Keinginan menciptakan sesuatu yang baru, menarik, dan
berkarakter menjadi pemicu perupa asal Kota Cirebon, Wedha Abdul Rasyid untuk
berinovasi di dunia desain grafis.
Kebiasaan Wedha membuat karya seni realis, kartun, dan manga,
perlahan menggerus daya penglihatan pria kelahiran 10 Maret 1951. Bosan yang
hinggap di pikirannya, memaksa Wedha memutar otak untuk menciptakan karya seni
grafis yang baru.
Pengalamannya di dunia ilustrasi tak perlu diragukan lagi.
Apalagi, 40 tahun bekerja sebagai ilustrator tentu memberinya banyak pelajaran.
Sehingga, pelajaran dan pengalamannya pula yang memuluskan Wedha untuk
menelurkan seni grafis gaya anyar, Wedha’s Pop Art Portrait (WPAP).
Gaya WPAP merupakan cara baru Wedha dalam menggambar
ilustrasi wajah. Mengingat, di usianya yang tak lagi muda, pria yang dijuluki
Bapak Ilustrasi Indonesia ini kesulitan untuk menggambar bentuk yang realistis
dan detail.
Sebenarnya, sebelum populer dengan nama WPAP, lebih dulu,
Wedha menamai gayanya dengan Foto Marak Berkotak (FMB). Namun, FMB ini tak
berusia lama. Hanya delapan tahun, terhitung dari 1990 hingga 1998. Selama
delapan tahun itu pula, dalam satu minggu Wedha rutin mengisi editorial picture
di beberapa majalah, salah satunya Majalah Hai.
Seiring intensitasnya mengisi editorial picture, karyanya pun
semakin dikenal masyarakat. Namun, karena pengerjaan FMB yang masih manual,
karya Wedha pun sempat menuai kritik dari salah satu perupa terkemuka
Indonesia.
Wedha disebut perupa akal-akalan yang hanya melakukan
facetting (pembidangan) pada sebuah karya seni. Mendengar kritikan itu, niat
Wedha pun perlahan mengendur. “Saya pengennya bikin sesuatu yang baru, malah
dibilang begitu. Kan jadi repot,”
ungkap bapak tiga anak ini saat ditemui INSTITUT di kediamannya, Permata Puri
Media, Kembangan Utara, Jakarta Barat.
Kalau pembuatan FMB dianggap mudah dan disukai banyak orang –pikir
Wedha– jangan-jangan karya model ini, sebelumnya pernah dibuat oleh orang lain.
Hanya saja ia belum mengetahuinya.
Akhirnya, daripada malu di kemudian hari, FMB pun ia tutup
pada tahun 1998. “Enggak mengusik lagi, enggak mikirin lagi, pokoknya FMB saya
tinggal,” katanya, Rabu (24/9).
Hingga akhir 2007, nampaknya Tuhan mempunyai rencana lain. Ia
dipertemukan dengan orang-orang yang berpengaruh di dunia desain grafis
Indonesia. Dari pertemuan itu, tak sedikit perupa handal yang memuji dan
mendorong Wedha untuk sesegera mungkin menamai gaya kubismenya (kotak-kotak)
dengan nama Wedha’s style.
Nama Wedha semakin melambung menyusul respons positif yang
ia peroleh dari masyarakat. Ragam pujian dan dukungan tak henti terlontar dari
mulut para pecinta seni foto kotak-kotak ini, tak terkecuali dari media sosial
Facebook.
Salah satunya, Itok Sukarso. Penggemar karya WPAP ini berinisiatif
membentuk WPAP Community untuk mengakomodasi para penggemar karya seni rupa
model ini.
Sebenarnya, kata Itok, Komunitas WPAP ini lahir dari
interaksi sesama penggemar gaya melukis portrait yang bergaya pop art.
Komunitas ini awalnya hanya berkegiatan melalui jejaring sosial Facebook.
Namun, lambat laun berkembang ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan mancanegara
Melihat respons positif tersebut, akhirnya Wedha bersama
anggota komunitas WPAP menggelar pameran perdana di Mall Grand Indonesia. Walhasil,
pameran itu pun dibanjiri pengunjung.
Menurut Itok, pameran perdana yang digelar pada 27 September
2010 itu sekaligus menandai peresmian komunitas WPAP. Total hinga awal tahun
2014, anggota dan penggemar WPAP mencapai lebih dari 20.000 orang.
Untuk lebih
mengembangkan WPAP, komunitas yang bermukim di Bintaro sektor satu ini
bersosialisasi melalui event pameran karya dan aktivitas lain. Serangkaian
kegiatan yang telah diselenggarakan menjadi gambaran dinamika ekspresi
komunitas WPAP.
Tujuan dari komunitas WPAP ini, jelas Itok, untuk menampung
hasil kreativitas anggota WPAP agar memiliki daya jual di pasaran. Dalam jangka
panjang, Itok berharap para kreator WPAP
bisa menjadi pengusaha WPAP mandiri.
Soal komunitas, sebagai founder, Wedha memberi keleluasaan
tata laksana keseharian kepada ketua komunitas di daerahnya masing-masing.
Kegiatan komunitas ini, mengadakan
pameran, workshop, dan kursus gratis di House of WPAP, Bintaro. “Untuk
recruitment cukup mengikuti www.wpapcommunity.com
atau di Facebook, ‘Belajar WPAP Yuk’,” tutupnya.
Muawwan Daelami