UIN Jakarta bercita-cita menjadi World Class University (WCU), namun hal itu terhambat oleh beberapa
masalah di berbagai sektor. Seperti sarana dan prasarana, kualitas tenaga
pengajar, riset, serta minimnya penggunaan bahasa internasional.
Selain itu, kreasi dan prestasi mahasiswa pun ikut
andil dalam mencapai WCU. Tetapi, kreasi dan prestasi tersebut terhalang oleh
birokrasi yang sulit. Demikian yang dirasakan salah satu Mahasiswa Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Aditia Purnomo. Menurutnya, banyak komunitas kecil di UIN Jakarta yang dipersulit ketika hendak
mengadakan kegiatan.
Berbeda dengan Adit, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (FU), Ahmad Uki
mengaku sulit menemukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di UIN Jakarta. Padahal, sambungnya,
RTH dapat dijadikan tempat berdiskusi yang nyaman. Uki juga menyayangkan sikap mahasiswa
UIN Jakarta saat ini yang lebih mementingkan penampilan ketimbang pengetahuan.
Sementara itu, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Muhammad
Yunus mengatakan, mahasiswa UIN Jakarta butuh rektor yang pro mahasiswa dan
siap menampung serta merealisasikan aspirasi-aspirasi mereka.
Baginya, rektor terpilih harus menjadi bapak bagi mahasiswa. “Jangan
seperti rektor sebelumnya yang sulit diajak audiensi,” keluh Ketua Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kelompok Pecinta Alam (KPA) Arkadia, Selasa (18/11).
Menanggapi hal itu, rektor terpilih Dede Rosyada mengatakan, UIN Jakarta
akan mendukung acara yang diselenggarakan mahasiswa selama acara tersebut dapat
mengedukasi peserta. “Semua itu tergantung bagaimana cara mahasiswa mengkomunikasikannya,”
jawabnya saat menjadi pembicara Ngobrol
Bareng Rektor Terpilih di Aula Student Center, Selasa (18/11).
Direktur Pendidikan Tinggi Islam
Kementerian Agama ini mengaku,
kualitas tenaga pengajar UIN Jakarta masih rendah. Hal itu terbukti dari jumlah
jurnal ilmiah yang jauh dari kata cukup. Hal terpenting, kata Dede, seluruh
civitas akademika UIN Jakarta harus menjadikan Bahasa Inggris sebagai second language.
Di sisi lain, lanjut Dede, mahasiswa UIN Jakarta harus
memiliki kemampuan yang tak hanya diukur dari indeks prestasi, tetapi juga kemampuan
dalam bersosialisasi. “Mahasiswa perlu menggali potensi dirinya masing-masing, “Be someone with your way,” tutupnya.
AN