Menstrual dan premenstrual syndrome merupakan
masalah kesehatan reproduksi yang umum dialami perempuan. Namun kebanyakan
perempuan tidak menghiraukan masalah tersebut. Hal ini terbukti dalam
penelitian yang dilakukan mahasiswa Peminatan Epidemiologi angkatan 2011,
Jurusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) UIN Jakarta. Hasil penelitian itu dipublikasi pada seminar profesi
yang berlangsung di Auditorium FKIK pada Jumat (14/11).
Dalam penelitian tersebut, para peneliti melibatkan
239 responden yang terdiri dari mahasiswi semester 1 sampai 5 UIN Jakarta.
Mereka meminta responden mengisi kuisioner terkait masalah kesehatan reproduksi
apa yang dialami sebelum dan saat menstruasi. Masalah itu seperti gangguan
emosi, disminor (nyeri haid), nyeri pada pinggang, sakit di sekitar payudara
dan keputihan.
Berdasarkan hasil penelitian itu, 88.1% responden
mengalami gangguan emosi dan 93.5% merasakan disminor. Bahkan 53.2% mahasiswi mengeluhkan
disminor yang parah. Tetapi hanya 18.8% mahasiswi
yang melakukan pengobatan ke pelayanan kesehatan. Mereka beralasan gejala yang
dialami tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selain mempublikasi penelitian, seminar ini
juga mengadakan diskusi dengan pembicara Psikolog Keluarga, Anna Surti Ariani
dan Direktorat Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Popy Irawati. Anna menjelaskan, perkembangan manusia dibagi
menjadi tiga aspek yaitu, biologis, kognitif, dan sosioemosional. Aspek yang
sangat dipengaruhi sewaktu menstruasi yaitu sosioemosional. “Sehingga, ketika menstruasi, para perempuan
cenderung emosinya meningkat dan gampang tersinggung,” ujarnya.
Sedangkan menurut Popi, munculnya gangguan
pada masa pra menstruasi dan menstruasi tidak terlepas dari beberapa faktor, di
antaranya siklus menstruasi tidak teratur dan kurang berolahraga. Ia juga menegaskan,
stres merupakan penyebab yang mempengaruhi mekanisme hormonal pada siklus
menstruasi.
Popy menambahkan, masalah keputihan dan pruritus
vulvae (gatal-gatal di area genital) juga perlu diperhatikan. Ia
menyarankan bagi perempuan yang mengalami keputihan berkepanjangan agar segera berkonsultasi
pada pelayanan kesehatan. “Jangan sampai dibiarkan, takutnya gejala awal kanker
rahim,” katanya.
Ketua pelaksana seminar, Kemal Alfajar
berharap, penelitian yang mereka lakukan dapat dijadikan sebagai media
informasi bagi para perempuan tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. “Bagi
kami, permasalahan ini menjadi bahan kajian yang perlu diperhatikan karena
mayoritas mahasiswa UIN Jakarta adalah perempuan,” katanya.
TS