Puluhan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan aksi mengenai kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di depan
kampus UIN Jakarta pada Senin (17/11) pukul 20.00. Hal ini merupakan bentuk
penolakan mahasiswa terhadap keputusan pemerintah yang dianggap kurang tepat.
Pernyataan itu diutarakan oleh Rijal Boim, selaku juru
bicara dari Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI). Ia mengatakan, kenaikan harga BBM tentunya menjadi preseden buruk bagi pemerintah
yang baru seumur jagung. “Ditengah harga minyak dunia yang sedang turun, pemerintah
malah menaikan harga BBM," tegasnya.
Ia menambahkan, dengan adanya kenaikan BBM, tentu hal ini
akan berpengaruh pula terhadap kenaikan sembako. Bagi mereka, pemerintah
Jokowi-JK telah menambah beban penderitaan rakyat. "Atas dasar itu, kami
mewakili mahasiswa UIN Jakarta melakukan aksi demontrasi penolakan kenaikan harga
BBM,".
Senada dengan hal itu, Ridwan
Sulaiman, salah satu anggota yang tergabung dalam aksi juga memberi keterangan
bahwa kenaikan BBM tak hanya berdampak untuk masyarakat, namun juga mahasiswa.
Tambah mahasiswa Fakultas Ushuluddin tersebut , aksi mereka akan berlanjut pada esok hari. “Aksi tersebut untuk membentuk
konsolidasi. Tujuannya agar pemerintah mengetahui bahwa mahasiswa tidak setuju
terhadap keputusan ini,”ungkapnya.
Adi Saerdi, salah satu masyarakat yang malam itu
menyaksikan aksi mengamini hal tersebut. Ia menegaskan, belum saatnya
BBM naik. Oleh sebab itu, ia
membenarkan tindakan mahasiswa dalam aksi penolakan BBM malam itu.
“Sebenarnya
kenaikan BBM memang kurang tepat untuk dilakukan. Seharusnya, sebelum
memutuskan untuk menaikkan harga BBM, pemerintah harus lebih dulu memikirkan
kesejahteraan masyarakat. Aksi yang sekarang dilakukan mahasiswa UIN merupakan
hal yang wajar. Mereka bisa diibaratkan sebagai perwakilan masyarakat dalam
menyuarakan hak mereka. Justru kalau tidak ada aksi, maka tak akan ada
perubahan,” ujarnya.
LN