Oleh: Ali Dafir*
Pada setiap
hari aku masuk diruang kelas
Tempatnya di
lantai dua di atas
Di sepanjang
jalan aku meihat para pemulung sedang rerebutan
Merebut jas
lusuh di kantor-kantor kusam, atau
Di
sampah-sampah ber-AC
Sementara di
tangga yang ketinggian satu kilo meter
Aku melihat
huruf-huruf berserakan yang belum kita paham, dan
suara hura-hura
di sela-sela bangku nakal
“ayo pulang, kita santai-santai atau ke pasar-pasar,
Semuga guru sesat di jalan!”
ada yang nyeletuk berteriak “amin”
Madura, 2012