Menjelang Pemilihan Umum Raya (Pemira) satu Desember mendatang, tiga pasang calon ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas beradu visi dan misi pada acara debat kandidat di
Aula Madya, Kamis (27/11).
Selain
dihadiri oleh tiga pasang kandidat, acara
yang bertema Pemimpin Muda Potret Masa
Depan Bangsa ini juga menghadirkan empat panelis, yakni Dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Ali Munhanif, tim Pembina Lembaga Kemahasiswaan Adi Prayitno, anggota
Lembaga Studi Gender dan Anak Sururin, dan mantan Ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas tahun 2006, Adi Hasan.
Pasangan
nomor urut satu, Muhammad Ulum dan Dedi
Eka Setiawan, mengatakan akan memajukan keilmuan UIN Jakarta dengan menjunjung
nilai-nilai Islam. Sebelum itu, mereka terlebih dahulu akan mempererat hubungan
civitas akademika, khususnya antara anggota DEMA dan mahasiswa.
“Kami
menilai, selama ini DEMA kurang eksis. Oleh karena itu, kami akan ciptakan
hubungan harmonis agar produktivitas mahasiswa UIN meningkat,” ujar Ulum, mahasiswa
yang aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.
Berbeda
dengan Ulum, pasangan nomor urut dua, Muhammad Ahsan dan Ahmad Khoeri,
menyatakan UIN Jakarta harus menjadi kampus yang AMAN (Akademic, Multi networking, Active, and No other compare). Pasangan
yang aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) ini menegaskan, mahasiswa
harus memiliki relasi di luar kampus.
Lain Ulum
lain Ahsan, pasangan nomor urut tiga, Waldan Mufathir dan Fikri Abdillah
memfokuskan visinya pada pembentukan sikap mahasiswa agar kritis,
mandiri, dan berkarakter. “Kita akan kembangkan potensi
mahasiswa di bidang akademik dan non akademik,” papar Waldan, mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) ini.
Setelah pemaparan visi misi,
salah satu panelis, Ali Munhanif bertanya mengenai gerakan radikal di kampus. terkait
hal itu, pasangan nomor urut satu memaparkan, pergerakan
radikal dapat diatasi dengan memberikan laporan hasil diskusi kepada pihak kemahasiswaan. Penyerahan
laporan diskusi itu guna mengontrol kegiatan diskusi mahasiswa.
Berbeda dengan pasangan
nomor urut satu, pasangan nomor urut dua menilai
gerakan radikal di kampus dapat dicegah dengan menanamkan nilai-nilai pancasila
dalam diri mahasiswa melalui diskusi
bulanan. Sedangkan pasangan nomor tiga berpendapat
lain. Menurutnya, setiap mahasiswa memiliki kebebasan
dalam berkegiatan. “Selama kegiatan itu positif, DEMA akan mendukung dan memfasilitasinya,” ujar Waldan.
Semangat
para calon ketua dan wakil DEMA Universitas dalam penyampaian visi misi sore
itu dihiasi riuh pendukung masing-masing
calon. Hal ini ditanggapi positif oleh Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan, Sudarnoto Abdul Hakim. “Gagasan itu
penting. Karena dengan memiliki visi misi yang bagus, semua
calon siap untuk memimpin,” paparnya.
Sudarnoto menilai,
pemira sangat penting bagi mahasiswa dalam membangun sikap. Ia berharap, mahasiswa
memiliki peran penting dalam
membangun kampus menjadi lebih baik. “Saya yakin mahasiswa dapat memilih dengan bijak, karena
pemira merupakan salah satu cara mahasiswa latihan berpolitik.”
Nur Hamidah