Di atas
panggung berukuran 3 m x 4 m, seorang wanita dengan gayanya yang casual tengah asik melantunkan lagu
Keroncong Kemayoran. Penampilannya malam itu tak hanya sendiri, ia ditemani
oleh kesembilan pemain musik. Suasana berubah ketika salah seorang pemusik
mulai memainkan alat musik celo. Kemudian disusul oleh atraksi pemain musik
lainnya. Mereka dengan piawai memainkan alat musik seperti ukulele, piano,
akordeon, flute dan saksofon.
Kelompok grup yang
menamai dirinya Ubiet Kroncong Tenggara ini tidak hanya membawakan lagu Keroncong
Kemayoran, tapi juga membawakan lagu keroncong berjudul Tanjung dan Pasar
Gambir yang telah diaransemen. Riuh tepuk tangan penonton mengiringi kemeriahan
malam itu di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Sabtu (25/10).
Pementasan
Panggung Keroncong malam itu dibagi dalam 3 sesi. Pertama oleh grup Ubiet Keroncong
Tenggara, grup ini membawakan musik keroncong dengan unsur keroncong kontemporer. Sesi kedua oleh Lantun Orchestra yang membawakan keroncong klasik. Dan yang terakhir
dibawakan oleh Altajaru Ensemble yang memadukan keroncong dengan krompong.
Penampilan yang
berbeda lainnya disajikan oleh Grup Altajaru Ensemble. Dengan mengusung konsep
serba hitam seorang penyanyi wanita mengenakan kebaya hitam melantukan lagu
Ayam Jago. Dengan gemulai wanita ini menari mengikuti lantunan musik keroncong.
Pertunjukkan
musik keroncong yang diadakan sejak 21-26 Oktober ini bertujuan untuk
menyegarkan kembali musik keroncong ke ranah publik. Hal itu diungkapkan Fadlan
salah seorang komponis Indonesia yang berasal dari Aceh dalam sambutannya.
Menurut Fadlan bermain musik keroncong tidaklah mudah. “Ini menjadi hal serta
tantangan baru dalam bermain musik,” ungkapnya, Sabtu (25/9).
Sementara itu
bagi Yuyun Arfah, acara panggung keroncong ini sangat penting. Yuyun menambahkan,
musik keroncong merupakan salah satu budaya dari Indonesia yang harus dijaga. Menurutnya,
untuk melestarikan musik keroncong agar tetap populer di telinga masyarakat, yaitu
dengan mengikuti perkembangan zaman. “Misalnya dengan mengaransemen lagu-lagu
yang ada,” ucapnya.
Pertunjukkan
yang berlangsung selama dua jam ini menarik perhatian salah satu penonton,
Siska Wulandari. Ia mengatakan, acara ini sangat menarik karena melibatkan
beberapa komponis muda. Selain itu, acara ini juga mengajak para pemuda untuk
melestarikan budaya Indonesia seperti musik keroncong. “Dengan aransemen dan memadukan
alat musik keroncong dengan alat musik modern, musik keroncong terlihat lebih
berwarna,” tuturnya.
IP