Seorang wanita duduk membawa sajen bunga dan air mawar
di dalam kendi. Hiasan bunga terselip di telinga kanannya, selendang berwarna
emas menempel erat di lehernya. Salah satu tangannya membawa payung, dengan
luwes wanita tersebut menarikan tarian Bondan, asal Jawa Tengah.
Itulah gambaran yang terdapat dalam lukisan karya
Nasikin Setiono. Lukisan tersebut terpajang di salah satu dinding Galeri Cipta
3 Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Dalam lukisan penari Bondan, pelukis
menuangkan kebudayaan lokal yang semakin hilang ditelan modernisasi. Tak hanya
budaya Jawa, Nasikin juga menampilkan kebudayaan lokal daerah lain dalam
lukisannya, seperti tari Kecak, Bali dan tari Jaipong, Betawi.
Pameran lukisan tunggal yang diselenggarakan dari 17
hingga 26 Oktober 2014 menghadirkan sekitar 30 lukisan dari berbagai ukuran.
Pria kelahiran 1942 itu mengajak pengunjung memasuki khazanah seni lukis dan
figuratif. Selain bertemakan budaya, Nasikin juga mengangkat tema lingkungan
alam serta kehidupan sosial masyarakat. Ia menghadirkan aktivitas-aktivitas
masyarakat kelas bawah.
Semisal adegan percakapan antara penjual jamu dengan
tukang becak, keluarga nelayan, suasana pasar burung, dan nelayan yang menjala
ikan dirangkai menjadi sebuah lukisan yang bermakna. Di sisi lain, lukisan-lukisan
tersebut merupakan sebuah satire yang mengingatkan pengunjung bahwa kehidupan
yang dilalui masyarakat bawah tidak semudah masyarakat menengah ke atas.
Melalui karya lukisannya, ia ingin memberikan penghargaan terhadap
masyarakat kelas bawah. “Saya banyak mengambil kehidupan masyarakat kelas bawah
yang menurut saya memiliki nilai seni yang tinggi,” jelas Nasikin, Sabtu
(25/10).
Ketua penyelenggara pameran lukisan Taman Ismail
Marzuki, Bambang Subekti mengatakan, semua adegan kehidupan tertuang dalam
lukisan karya Nasikin. “Ia banyak menuangkan momen kehidupan nyata ke dalam
lukisannya,” ujarnya, Sabtu (25/10).
Salah satu pengunjung, Salsa Sahnaziah, mahasiswi
Jurusan Sastra Jawa Universitas Indonesia (UI) mengaku terkesan dengan lukisan
karya Nasikin Setiono. “Banyak percakapan di dalam lukisan yang ditulis pake Aksara Jawa,” ujar Salsa saat
ditemui di Galeri Cipta 3, Sabtu (25/10).
AN