Sebuah foto rumah Kudus
berukuran 2x1 meter terletak di bagian tengah ruangan. Nampak rumah itu
berwarna coklat, dengan bingkai hitam. Tempat bersejarah yang mengawali
kesenian bentara budaya cabang Jakarta dengan berbagai kegiatan. Di samping
foto rumah Kudus, terdapat pula beberapa foto bangunan yang sedang dalam tahap
pengerjaan. Di lain sisi berjejer potret kegiatan pementasan yang telah
berlangsung ditahun-tahun sebelumnya.
Kayu-kayu
berukir terlihat jelas di beberapa bagian sudut rumah adat. Foto rumah adat Kudus yang beratapkan genting
oranye itu mendominasi foto-foto berukuran lebih kecil di sekelilingnya. Beberapa
foto yang terpasang di sekelilingnya,
menggambarkan awal berdirinya bangunan Bentara Budaya Jakarta (BBJ) dari awal
pondasi sampai atap yang telah terpasang.
Tidak hanya
potret rumah Kudus yang menghiasi
ruang utama pameran. Potret bertema “gerundelan orang-orang republik” terekam
dalam foto berisi lima orang yang sedang berdiskusi di tengah puing asbes yang
panas. Foto berisi gunjingan pada pemerintah atas pembangunan yang makin banyak, disajikan pula
dalam pameran di Galeri Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Kamis (11/9).
Pameran foto yang
diselenggarakan di BBJ kali ini berbeda dengan pameran-pameran foto sebelumnya.
Selama ini, pameran hanya mencakup foto-foto pribadi si fotografer. Namun,
pameran kali ini bertema Empat Windu, yaitu mencakup semua kegiatan yang
diadakan di empat bentara budaya dari tahun 1982 hingga 2014.
Pameran foto empat windu ini
menceritakan awal sejarah berdirinya bentara budaya, dengan memperlihatkan
kegiatan yang terekam dalam sebuah dokumen foto. Sekitar 120 foto disajikan
dari berbagai kegiatan yang dilakukan di bentara budaya kota Jakarta, Solo,
Yogya, dan Bali.
Direktur eksekutif BBJ, Hariadi Saptono, meresmikan pameran foto
di halaman depan BBJ. Ia mengungkapkan hal yang berbeda dalam pameran kali ini
meliputi isi tema yang dibawakan. “BBJ yang pertama kali mengadakan pameran
bergilir dan sangat bersejarah di sepanjang perjalanan bentara budaya di tanah
air,” ujarnya sembari tersenyum.
Hariadi mengutarakan beberapa
fungsi dari BBJ, ”Mendokumentasikan
kegiatan yang berlangsung, relasi
jaringan internasional yang dapat bekerja sama, serta lahirnya bentara muda,” ungkapnya,
(11/9).
Selain itu, ia juga mensyukuri
kehadiran bentara budaya sebagai bagian dalam perkembangan seni budaya di
Indonesia. Bagi bentara budaya, empat windu
merupakan perjalanan panjang suatu lembaga seni budaya yang tentunya penuh
cerita dan sarat makna.
Kali ini, deretan
kegiatan empat bentara budaya menyatu dalam pemeran foto. Berbagai macam kegiatan tersaji dalam sebuah bingkai
foto. Mulai dari pameran lukisan, foto, seni kriya, hingga pertunjukkan seni
musik.
Salah satu
pengunjung pameran foto empat windu, Khairun Nisa mengatakan,
hasil karya dokumentasi
yang bersejarah patut
diacungi dua jempol. “Foto-foto yang
dipamerkan benar-benar sejarah banget apa lagi mencakup 4 bentara yang cukup
terkenal saat ini,” tutur gadis yang bermata
sipit, Kamis (11/9).
TS