Panggung
setengah lingkaran serambi Jazz Goethe Institut, Menteng tampak berbeda malam
itu, Rabu (10/9). Sekelilingnya diterangi beberapa lampu kecil berwarna putih
dan jingga. Di atasnya nampak orang-orang dengan pakaian serba hitam. Beberapa
di antara mereka mengenakan selendang merah yang digantungkan di leher dan
memegang alat musik yang berbeda-beda, mulai dari gitar sampai piano. Mereka merupakan pemain
Salamander Big Band dan Act Van Rooven, musisi flugelhorn (terompet asal Jerman) ternama dari Eropa.
Konser bertajuk
A Jazz Life yang digelar pada Rabu (10/9) lalu merupakan perayaan ulang tahun
kedelapan bagi Salamander Big Band. Menurut Devy Ferdianto, pendiri sekaligus konduktor
Salamander Big Band, melalui konser tersebut, ia dan Ack Van Rooven ingin
menyampaikan bentuk penghargaan dan penghormatannya kepada dua orang musisi
ternama asal Eropa, Jerry Van Rooven (saudara kandung Ack) dan Rob Pronk (musisi
legendaris Belanda kelahiran Malang).
Konser Jazz
dimulai dengan pidato pembukaan oleh Verena Lehmkuhl, Koordinator Kebudayaan
& Pengembangan Asia Tenggara Goethe Institut. Setelah itu, alunan lagu yang
ditulis oleh Frank Foster untuk Count Basie, “Shiny Stockings” menjadi lagu
pembuka acara. Penonton pun bertepuk tangan ketika Imelda Roselin, pianis
sekaligus penyanyi Jazz asal Indonesia ikut bernyanyi bersama Salamander Big
Band.
Tepuk tangan penonton
semakin riuh saat Devy memanggil Ack Van Rooven naik ke atas panggung. Ack
memulai pertunjukannya lewat lagu “Walking Tip Toe” bersama Brury Effendi,
pemain trompet. Kemudian, mereka memainkan lagu asli milik Ack berjudul “Autumn
Bugle”. Intro lagu ini dimainkan oleh Salamander Big Band dan barulah beberapa
detik kemudian disusul oleh permainan flugelhorn
dari Ack Van Rooven.
Seusai
pertunjukan Ack, Devy mengenalkan lini vokalnya kepada penonton, Salamander
Voices yang terdiri dari Devi Remondi, Lia Amalia, Sekar Teja Inten dan Adi
Sigerra bergabung dengan kedelapan belas anggota Salamander Big Band lainnya. Lalu
mereka membawakan salah satu lagu keroncong ciptaan Maladi (mantan Menteri
Penerangan tahun 1959-1962), “Di Bawah Sinar Bulan Purnama”.
Selanjutnya
langsung disusul dengan alunan lagu berjudul “Sinta” yang merupakan lagu
berbasis pentatonik karya Rob Pronk. Lagi-lagi Imelda Roselin ikut memeriahkan
panggung dengan menyanyikan lagu “It Could Happen To You” yang merupakan jenis
musik jazz standart. Salamander Voices menutup sesi pertama dengan
lagu “Route 66”.
Sesi kedua, salah
satu pemain flute Salamander Big Band, Matt Ashworth berkolaborasi dengan Ack
membawa lagu “Sometimes Ago” diiringi dengan pemain Salamander Big Band
lainnya. Kemudian, Imelda dan Brury kembali mengisi pertunjukan dengan
membawakan sebuah lagu karya Rude Bloom dan Johnny Mercer,“Day In, Day Out” dan
“For Heaven’s Sake”.
Ack kemudian menyajikan
musik Brazil yang berjudul “Commeçar de Novo” karya Ivan Lins, musisi yang mendapatkan penghargaan Latin Grammy-Winning Brazilian Musician, kepada
penonton. Lalu dilanjutkan dengan lagu karya Jerry Van Rooyen “Tailspinning”
dan “Because I Love You”, penonton kemudian terdiam dan berdiri sambil bertepuk
tangan diakhir penampilannya.
Sebelum menutup
seluruh sesi, Devy kembali memperkenalkan seluruh musisinya sambil menyerahkan bucket bunga kepada Ack Van Rooven serta
pemain lainnya. Selesai menyerahkan bucket
bunga, mereka menutup konser dengan membawakan lagu dari Jimmy Dorsey berjudul
“Tangerine”.
Walau konser
telah selesai dan seluruh pemain telah meninggalkan panggung, penonton masih
saja bertepuk tangan dan meminta satu lagu terakhir. Hal itu berhasil membawa
seluruh pemain kembali ke atas panggung lalu menyanyikan lagu “Mood Indigo”
karya Duke Ellington. Ack membuka lagu ini dengan permainan flugelhorn solo, yang
diikuti dengan nyanyian Salamander Voices.
Salamander Big
Band aktif menyelenggarakan konser jazz dua kali dalam setahun dengan tujuan
memperkenalkan format Big Band kepada Indonesia. Big Band merupakan bentuk
ansambel musik yang terdiri dari 12 hingga 19 pemain musik yang memainkan musik
jazz dengan konsep aransemen. Alat musik yang digunakan biasanya adalah
saxofon, terompet, trombon dan lain sebagainya.
Salah satu
penonton konser, Habibur Rachman mengatakan, ia cukup terkesan dengan konser
jazz yang diadakan Salamander Big Band, “Sangat jarang saya dapat menyaksikan
konser seperti ini di Indonesia, konser jazz ini benar-benar memperkaya wawasan
musik saya,” ujar Habibur, Rabu (10/9).
SN