Di dalam tas isi kain katun,
Dimasukkan jangan dipaksa,
Kami dari Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun,
Mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa.
Kami dari Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun,
Mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa.
Itulah salah
satu penggalan pantun dari Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun (KABPP).
Berpantun merupakan salah satu cara yang dipilih komunitas ini dalam
melestarikan budaya Betawi.
Komunitas ini bermula dari beberapa orang
yang saling berbalas pantun di grup facebook
Komunitas Pantun Betawi. Karena
banyaknya respons, salah seorang anggota
komunitas facebook itu
akhirnya membuat grup baru
bernama Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun (KABPP). Kemudian, anggota lainnya, Ahmad Rifai berinisiatif
menjadikan KABPP tak hanya sekadar komunitas di dunia maya, tapi juga di dunia
nyata.
Sejak
berdiri pada 12 Januari lalu, komunitas ini telah mengadakan berbagai pagelaran budaya Betawi, baik tradisional maupun modern,
seperti lenong pantun, palang pintu, tari, dan lenong. Menurut Rifai, dalam melaksanakan
pagelaran, KABPP seringkali bekerjasama dengan komunitas lain, di antaranya
komunitas rumah seni Betawi serta komunitas kesenian Betawi dan pencak silat.
Saat
ini, tak kurang dari 3.000 orang tercatat
sebagai anggota KABPP dengan jumlah anggota aktif sekitar 115 orang. Kendati demikian, hal itu tidak membuat Rifai pesimis.
Karena baginya, yang terpenting adalah kualitas, bukan
kuantitas.
Tak
hanya warga Jakarta, anggota KABPP juga tersebar di beberapa wilayah, seperti
Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor. “Prinsipnya, apa pun suku dan agamanya, kalau dia peduli pada budaya Betawi, dia adalah
saudara kami,” tegas Rifai, Minggu
(20/7)
Selain
itu, KABPP juga tidak memberi batasan usia bagi siapa saja yang hendak
bergabung. Kini, anggota KABPP terdiri dari semua jenjang usia dari anak kecil
hingga dewasa.
Dalam menjalankan rutinitasnya, lanjut Rifai,
KABPP berkumpul setiap Minggu di Jembatan Intan, Kota Tua. Pada momen itu, konsep dan ide dituangkan untuk
mengembangkan KABPP.
Melalui
komunitas ini, Rifai berharap
masyarakat Betawi dapat secara bersama-sama menggali, melestarikan, dan
membesarkan kembali budaya Betawi.”Sehingga, orang Betawi bisa semakin bangga
dengan identitas sebagai orang Betawi,” ujar Rifai.
Bibir
merah dengan warna dasar kuning adalah logo dari komunitas yang didirikan Rifai
tujuh bulan lalu tersebut.
Bibir merah, kata pemuda asli
Betawi tersebut, bermakna berani bertanggungjawab atas
apa yang telah diucapakan. Sedangkan,
warna dasar kuning menunjukkan kedewasaan seseorang.
AN