Dua saung kecil
berukuran 4x6 meter yang berada tepat di pinggir Kalimalang selalu dipenuhi
oleh anak-anak jalanan. Setiap sore mereka bekumpul dan belajar di saung.
Mereka belajar pengetahuan umum, sastra juga musik. Walaupun mereka lelah setelah seharian mengamen,
semangat menuntut ilmu masih terlihat.
Anne Matahari,
seorang seniman lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), mengumpulkan mereka dalam
Komunitas Sastra Kalimalang. Komunitas ini digagas oleh Anne bersama
teman-temannya sebagai bentuk pedulinya terhadap nasib anak-anak jalanan.
Setiap hari
mereka berkumpul di saung untuk belajar dan menambah pengetahuan mereka bersama
mahasiswa dan seniman yang tergabung di komunitas tersebut. “Kami yang
tergabung di komunitas ini berkumpul layaknya sebuah keluarga,” ujar Anne saat
ditemui setelah grup band Komunitas Sastra Kalimalang mengisi salah satu acara
di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (4/7).
Komunitas
Sastra Kalimalang terbentuk dari empat divisi, yaitu Divisi Sekolah Pinggir Kali,
Divisi Perpustakaan, Divisi Penulisan dan Divisi Kreatif. Tim Divisi Sekolah
Pinggir Kali mengajar ilmu pengetahuan umum kepada anak-anak jalanan. Sedangkan,
Divisi Perpustakaan bertugas untuk menambah buku yang ada di perpustakaan
pinggir kali.
Selain itu, Divisi
Penulisan bertugas mengajar anak-anak jalanan menulis puisi. biasanya, puisi yang
diajarkan bertemakan kemanusiaan, politik dan ketuhanan. Tidak hanya anak jalanan,
tetapi masyarakat sekitar Kalimalang juga diperbolehkan ikut berpartisipasi
dalam membuat puisi. Beberapa puisi mereka juga sering diterbitkan di koran Radar
Bekasi.
Divisi
terakhir, Divisi Kreatif bertugas mengembangkan bakat dari anak-anak jalanan
yang bergabung Komunitas Sastra Kalimalang, seperti bermain alat musik dan
membuat musikalisasi puisi. Divisi ini telah berhasil membentuk grup band
bernama Suku Anak Muka Berminyak.
Band yang
beranggotakan delapan orang ini, memilih nama tersebut karena mereka terbiasa
mengamen dibawah terik matahari sehingga muka mereka sering terlihat hitam dan
berminyak. Ketika mereka tampil, semua anggota grup band memakai pakaian
berwarna hitam dan ikat kepala bermotif batik sebagai ciri khas.
Suku Anak Muka
Berminyak juga pernah diundang untuk tampil sebagai pengisi acara kampus,
lembaga ataupun organisasi. Salah satunya, pada akhir tahun lalu, mereka
mengisi acara Indonesia Corruption Watch (ICW). Dalam acara itu, mereka bekerja
sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat musikalisasi puisi.
Tumbuhkan
Percaya Diri dengan Art Theraphy
Salah satu koordinator
Divisi Sekolah Pinggir Kali Maryam Purwanti Widiastuti menjelaskan, Komunitas
Sastra Kalimalang juga mengadakan terapi seni (art theraphy). terapi ini
diperuntukan bagi anak-anak jalan, penyandang down syndrome, dan para
penyandang cacat lainnya.
Melalui musik,
puisi, dan teater para penyandang cacat dan anak-anak jalan diajarkan memiliki kepercayaan diri untuk berkomunikasi
dengan masyarakat. Bahkan setiap tahun, mereka membuat pementasan seni. Mereka
membuat panggung yang terapung di tengah kali. Di panggung tersebut mereka
membacakan puisi, bermain musik dan bermain teater
Keberhasilan
art theraphy membuat penyandang down syndrom yang mulanya sulit berkomunikasi,
sekarang bisa berkomunikasi dengan baik. “Bahkan, selain mengajarkan cara
bersosialisasi, Ryan yang menderita down syndrom ini sekarang berani membacakan
puisi di depan banyak orang,” kata Wiwit.
IP