Dari
balik tirai berwarna putih tampak siluet seorang wanita yang menari dengan
lemah gemulai. Perlahan tirai terbuka dan menampakkan sosok wanita misterius
tersebut. Wanita itu mengenakan topeng mulut babi di balik wajahnya. Lalu, ia berjalan mengambil jas yang tak terkancing
dan mulai duduk menyandarkan punggung di kursi. Ia lah sang wakil rakyat yang
terhormat.
Sembari
menopang dagu, ia tersenyum membayangkan banyaknya uang yang ia peroleh akan membuat keluarganya
lebih kaya lagi. Dengan hanya dengan menandatangani sebuah berkas, ia bisa
mendapat uang yang berlimpah dalam sekejap. Seketika ia tertawa terbahak-bahak
selama beberapa detik, lalu kembali diam menciptakan kesunyian.
Perlahan sang wanita berdiri dan menundukkan kepala. Sedikit demi sedikit ia menutup mata sambil bercerita tentang masa lalunya. Dulu, ada seseorang yang datang dan memberinya sebuah karung misterius. “Karung ini membawa berkah, jika menginginkannya harus ada penjanjian antara kita,” katanya mengulangi perkataan si pemberi karung misterius tersebut.
Sejak hari itu,
berbagai macam topeng selalu menghiasi wajahnya. Mulai dari topeng mulut babi
hingga topeng berwajah setan. Hal itu membuat wajah aslinya tak pernah nampak
ke hadapan publik. Berbagai tuduhan buruk terlontar untuknya. Ia diduga telah
memakan uang rakyat.
Alunan lagu ‘Surat
Buat Wakil Rakyat’ karya Iwan
Fals yang diiringi petikan gitar terdengar semakin keras. “Stop! Stop!
Berhenti,” teriaknya, seketika menghentikan alunan lagu tadi. Setelah sekian lama ia akhirnya tersungkur
menyesali perbuatan jahatnya selama ini.
Setelah itu, ia
termenung mendengar alunan lirih harpa dan berteriak meminta bantuan agar
topeng yang melekat pada wajahnya bisa terlepas. Berulang-ulang ia berusaha
membuka topeng dengan kapak dan paku. Namun,
topeng itu malah semakin melekat.
Pada akhir
pementasan, Sha Ine Febriyanti yang berperan sebagai wakil rakyat berhasil
membuka topengnya. Terlihatlah wajah asli sang wanita yang justru lebih
menyeramkan dibanding topeng yang ia kenakan. “Saudara-saudara puaskah? Saya
jauh lebih buruk dari gambaran yang hidup di kepala saudara-saudara,” ujarnya sambil mengadahkan mukanya yang
merah seakan terbakar api panas.
Sepenggal kisah
wakil rakyat tersebut dikemas dalam
monolog bertajuk Wakil Rakyat yang
Terhormat karya Putu Fajar Arcana. Monolog ini mengisahkan wakil rakyat
yang terlibat kasus korupsi. Monolog yang dipentaskan di Bentara Budaya
Jakarta tersebut kental dengan nuansa
budaya Bali. Hal tersebut tergambar dari topeng yang digunakan Sha Ine sepanjang
pementasan. Di Bali topeng itu dikenal dengan sebutan ‘topeng
pajegan’.
Menurut Putu,
dengan adanya pentas ini masyarakat bisa memahami keadaan politik dan bisa
menciptakan suasana politik yang lebih baik lagi. “Melalui sastra, mungkin
dapat mengembalikan moral politik suatu bangsa, karena secara tak langsung akan
mengetuk hati nurani mereka yang melakukan kejahatan politik,” ujar pria yang
akrab disapa Can, Sabtu (19/7).
Senada dengan Can, Maya Hasan, pemain harpa dalam pementasan tersebut menyampaikan, korupsi merupakan rahasia umum yang perlu diingatkan kembali melalui pentas sastra. “Kita jangan menghakimi seseorang, saling mengingatkan adalah salah satu cara yang baik karena setiap orang pasti memiliki hati nurani,” ungkap wanita berlesung pipi tersebut.
Respon positif hadir dari pengunjung. Sekar, wartawan travelling salah satu majalah mengatakan, pementasan yang menyinggung wakil rakyat ini sangat tepat dipentaskan pada situasi politik yang sedang memanas seperti sekarang. “Semoga politikus mengalami perubahan dengan melihat pertunjukan ini,” ujarnya berharap.
TS