Sampah
merupakan barang atau benda yang sudah tidak terpakai lagi. Namun, di tangan
yang kreatif, sampah disulap menjadi sesuatu yang unik. Kresipah menyulap barang-barang
tidak terpakai menjadi alat musik yang harmonis hingga menghasilkan alunan nada
indah.
Kresipah adalah
akronim dari Kreasi Musik Sampah. Sebuah komunitas musik yang alat musiknya
berasal dari barang bekas. Berdiri pada 10 November 2012 dan diresmikan di
kampus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Komunitas yang
berada di bawah naungan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kreasi Mahasiswa IISIP
(Kremasi) ini beranggotakan sebelas orang.
Ketua Kresipah,
Rizky Fadliansyah, menjelaskan terbentuknya komunitas ini dilatarbelakangi oleh
permintaan teman-temannya untuk menciptakan sesuatu yang baru. Maka ia
mengusulkan sebuah musik alternatif yang semua alat-alatnya berasal dari barang
bekas dan memainkannya dengan cara dipukul. “Aku mainkan dan akhirnya mereka
setuju,” ungkap pria asal Bekasi ini, Sabtu (12/7).
Menurut
mahasiswa jurusan Hubungan Masyarakat (Humas) ini, tujuan dibentuknya Kresipah adalah
ingin berkreasi dengan alat musik yang berbeda. Mengingat alat musik yang ada selama
ini seperti gitar, piano, drum dan sebagainya sudah banyak yang menggunakannya.
Mahasiswa semester
IV yang biasa disapa Iing mengakui, tingkat kesulitan memainkan alat musik yang
terbuat dari barang bekas jauh lebih sulit daripada alat musik pada umumnya.
“Teman-teman sering mengeluh susah dalam memainkannya,” paparnya.
Alat musik yang
digunakan didapat dari sekitar lingkungan kampus, seperti galon, kaleng, pelek,
dan sebagainya. Rizky menambahkan, alat musik dalam Kresipah tidak monoton
karena bila ada barang bekas yang mempunyai nada yang pas, maka ia pakai sebagai
tambahan dalam bermusik.
Tiap
penampilannya, Kresipah selalu membawakan musik instrumental bercorak
kedaerahan karena cintanya pada kekayaan budaya Indonesia, seperti musik tradisi
Padang, Sunda, Bali dan lainnya. Dalam memainkan musik tersebut Iing sering
mengalami kesulitan, “Saat bermain musik tradisi Padang lalu mau masuk ke musik
tradisi Bali, itu kan nadanya beda. Jadi kita mesti cari nada yang bisa
menjembatani kedua musik tradisi tersebut,” katanya.
Kresipah yang
baru dua tahun berdiri telah menunjukkan eksistensinya, terbukti komunitas ini
pernah tampil di MetroTV, RCTI dan dimuat di harian Sindo serta Media
Indonesia. Selain itu, Kresipah pernah diundang oleh instansi pemerintah saat
peresmian Waduk Pluit tahun 2014.
Meski telah dua
tahun berdiri belum satu album pun yang dihasilkan karena faktor dana dan belum
adanya sekretariat resmi. “Selama ini kami latihan di sekret Kremmasi setiap
Jum’at sekali. Tahun ini kami menargetkan membuat album,” tambahnya.
Rizky mengatakan,
pihaknya selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar musik ala Kresipah.
Baginya, suatu ilmu haruslah disebarkan, jangan hanya disimpan untuk diri
sendiri. Ia berpesan, dalam bermusik tidak harus selalu menggunakan alat-alat
bagus tapi bisa menggunakan alat apa saja. “Karena bermusik adalah bentuk
kreatifitas kita,” katanya.
FH