Terkait
penguatan karakter, salah satu tim sukses pasangan Capres nomor urut dua,
Jokowi-JK, Zuhairi Masrawi menyatakan, ada sebelas aksi nyata yang akan
dilakukan capresnya jika terpilih menjadi presiden. Salah satunya dengan
revolusi mental, yaitu tingkat keseimbangan pengembangan karakter dan ilmu
pengetahuan. “Di tingkat Sekolah Dasar (SD), pengembangan karakter 70% dan ilmu
pengetahuan 30%,” ujarnya, Sabtu (28/6).
Untuk
siswa tingkat menengah, 60% ditujukan untuk pengembangan karakter, sedangkan
40% untuk ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi SMA, pengembangan karakter memiliki
presentasi 20%, dan 80% sisanya ialah untuk ilmu pengetahuan.
Bagi
tim sukses pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta, dengan adanya presentasi
terkait keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter yang
dilakukan Jokowi-Jusuf Kalla, justru akan menghambat ruang gerak dalam
mengeksplorasi ilmu pengetahuan itu sendiri. Bagi mereka, dengan mengakreditasi
sekolah dan memberikan dana bagi sekolah, merupakan langkah konkret
pengembangan ilmu pengetahuan.
Sebelumnya,
Sumaryati, tim sukses dari Capres Prabowo-Hatta menjawab terlebih dahulu
pertanyaan Ilham Khoiri, sang moderator dari Kompas. Visi misi Capres-Cawapres mereka bertujuan agar terwujudnya
masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat. Selain penekanan pada masyarakat
madani, keluarga juga berperan penting dalam proses pendidikan. “Karena bagi
kami, keluarga adalah titik awal sebuah karakter ditanamkan,” tuturnya, Sabtu
(28/6).
Riuh
tepuk tangan bergema di ruangan itu ketika dua tim sukses Capres-Cawapres pilihan mereka
berdiskusi. Sesi pertama diskusi itu dilanjutkan dengan paparan tim sukses
Prabowo-Hatta mengenai visi misinya. Mereka sangat mengutamakan pendidikan,
karena hanya pendidikan yang anggarannya terdapat dalam undang-undang, yakni
Pasal 31 ayat 4.
Sebelum
sesi kedua, Ilham menyilakan beberapa dosen memberikan tanggapan terkait
jawaban kedua pihak tim sukses ini. Salah satunya ialah dosen UIN Jakarta,
Syukron Kamil. Ia berpendapat sumber dari karakter itu berasal dari nilai-nilai
bangsa, kearifan lokal, dan globalisasi. “Pendidikan itu tidak hanya terjadi di
ranah formal. Ada rumah, masyarakat, dan media,” ujarnya.
Selain
itu, Syukron juga mempertanyakan tentang revolusi mental yang digalakkan oleh
tim sukses pasangan nomor urut dua, Jokowi-JK. “Mengapa kita mempersoalkan
revolusi mental? Seolah-olah mental itu barang jadi?” Tanyanya.
Burhanudin
Muhtadi, selaku dosen UIN Jakarta dan pengamat politik ikut mewarnai diskusi
sore itu. “Jokowi lebih mengatasinya secara individual, dan kurang diabstraksikan,
meskipun Prabowo (tim suksesnya) lebih memaparkan dengan jelas,” tuturnya.
Namun, ia memandang, kedua tim sukses tersebut pandai mengelaborasi masalah,
dan sedikit memaparkan solusi atas masalah itu.
Round table discussion
yang diadakan di gedung
Syahida UIN Jakarta ini berjalan dengan teratur dan rapi. Rektor UIN Jakarta,
Komaruddin Hidayat menyambut dengan baik acara yang diselenggarakan oleh Ikatan
Jurnalis Alumni UIN Jakarta ini. “Forum ini bagus menghadirkan kedua pihak. Ini
sangat bagus untuk pendidikan politik mahasiswa,” ujarnya, Sabtu (28/6).
Acara
bertemakan Pendidikan dan Penguatan
Karakter Bangsa tersebut diselenggarakan berbarengan dengan launching Ikatan Jurnalis Alumni UIN.
Koordinator forum tersebut, Rahmatullah menyatakan, alasan mengambil tema
pendidikan dikarenakan sesuai dengan situasi mahasiswa di kampus.
Alumni
2012 jurusan Ilmu Politik ini juga menaruh banyak harapan agar mahasiswa juga
tahu visi misi para Capres-Cawapres mengenai pendidikan dan karakter bangsa. “Setidaknya
kita butuh sebuah penjelasan mengenai karakter bangsa yang dulu itu ada, dan
saya rasa sekarang hilang,” ujar Rahmatullah.
Nur Hamidah