Berdasarkan
data World Health Organization (WHO),
kanker payudara merupakan penyebab kematian utama pada wanita akibat kanker. Sedangkan,
di Indonesia kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit. Karena
itu, pencegahan dan deteksi dini kanker payudara penting diketahui. Berikut
petikan wawancara Reporter INSTITUT, Erika Hidayanti dengan Ketua Klinik Deteksi
Dini Kanker, Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Rebecca N. Angka, Senin (30/6).
Bagaimana
tanda awal kanker payudara?
Biasanya, awal terjadinya kanker ditandai dengan
adanya benjolan minimal sebesar kelereng di payudara. Pada dasarnya, payudara
yang normal itu tidak memiliki benjolan sama sekali. Jadi, jika ada benjolan
aneh pada payudara harus segera dicurigai. Meski sebenarnya tidak semua
benjolan berarti kanker.
Selain itu, cairan tidak normal yang keluar dari
puting dan retraksi puting juga merupakan salah satu tanda awalnya. Retraksi
puting artinya masuknya puting semakin ke dalam padahal keadaan awal puting itu
normal.
Lantas apa
bedanya antara kanker dan tumor?
Semua benjolan yang tidak normal pada tubuh itu
disebut tumor. Tumor ganas yang kemudian disebut sebagai kanker. 80% benjolan
sebenarnya merupakan tumor jinak. Namun, sulit untuk menentukan itu tumor
jinak atau ganas. Biasanya tumor ganas atau kanker itu benjolannya lebih keras
dan tidak bergoyang-goyang. Kalau yang jinak itu bulat seperti kelereng dan
bisa digoyangkan.
Selanjutnya
apa penyebab kanker payudara yang sebenarnya?
Sampai saat ini
penyebab pasti kanker masih belum diketahui. Namun, ada yang disebut sebagai
faktor risiko untuk terjadinya kanker. Untuk kanker payudara terdapat 5-15%
faktor keturunan. Sedangkan faktor lainnya adalah tidak pernah melahirkan dan
menyusui anak, mendapat haid pertama kurang dari umur 10 tahun, menopause
setelah umur 50 tahun, melahirkan anak sesudah umur 35 tahun, serta pola hidup tidak
sehat.
Belum ada
penelitian yang menunjukkan faktor mana yang paling dominan menyebabkan kanker
payudara. Pada setiap kasus selalu ditemukan faktor risiko yang beragam. Bahkan
ada yang sepertinya jauh dari faktor-faktor risiko tersebut tapi masih juga
terkena kanker payudara.
Lalu, bagaimana pendapat anda mengenai mitos-mitos penyebab
kanker payudara seperti pulang malam dan mamografi?
Sejauh ini itu
semua memang hanya mitos saja. Untuk wanita yang sering pulang malam tidak ada hubungan
secara langsung dengan terjadinya kanker payudara. Tapi mungkin bisa saja saat
ia terlalu sering pulang malam menjadi stres dan hidup tidak teratur sehingga
mencetuskan terjadinya kanker payudara.
Sama halnya
dengan mitos pulang malam, pemeriksaan kanker payudara dengan mamografi pun
sebenarnya bukan faktor pencetus kanker payudara. Mamografi ini merupakan cara
pemeriksaan dengan menggunakan sinar rontgen agar dapat melihat keadaan di
dalam payudara. Namun, memang tidak boleh dilakukan terlalu sering misalnya
sebulan sekali, karena radiasi sinar rontgen terus menerus tidak akan baik
untuk tubuh.
Kemudian, cara apa yang bisa dilakukan untuk menghindari
terjadinya kanker payudara?
Untuk faktor keturunan yang pasti tidak dapat kita
hindari. Begitu juga dengan faktor hormonal seperti menstruasi yang terlalu
dini atau menopause terlalu tua. Namun, yang bisa kita hindari adalah dengan
menerapkan pola hidup sehat.
Pola makan yang baik dalam mencegah kanker adalah
dengan makan tiga porsi sayuran dalam satu hari. Artinya dalam sehari harus
menkonsumsi sepiring penuh sayuran. Kurangi juga konsumsi makanan yang
diawetkan dan dibakar. Selain itu, perbanyak makan buah meski sebenarnya fungsi
buah tidak akan bisa menggantikan fungsi sayuran.
Selain itu,
bagaimana cara untuk deteksi dini kanker payudara sendiri?
Cara yang paling mudah adalah dengan Periksa Payudara
Sendiri (SADARI)
yaitu meraba payudara sendiri untuk memastikan ada tidaknya benjolan pada
payudara. SADARI sebenarnya harus dilakukan oleh semua wanita terutama untuk yang
sudah berumur 20 tahun ke atas. Disarankan untuk melakukan SADARI ini setiap
habis mandi.
SADARI dilakukan paling tepat sesaat setelah
menstruasi. Karena jika dilakukan saat menstruasi payudara wanita cenderung
membengkak bahakan akan langsung terasa nyeri ketika disentuh. Saat menstruasi
juga biasanya ditemukan banyak benjolan di daerah payudara.
Selain itu, SADARI juga lebih baik dilakukan dengan
cara berbaring dan meletakan bantal di bawah punggung sebelah kanan. Lalu
mengangkat tangan sebelah kanan dan mulai meraba secara keseluruhan bagian
payudara.