Guna
memperingati hari anti
tembakau sedunia, Komunitas Center
for Indonesian Medical
Students Activities (CIMSA) menggelar
acara Tobbacco’s Campaign
Education Health-Protect Our
Child (Teh Pochi) di Kandank
Jurank Doank, Minggu (15/6).
Acara berupa teater
sederhana dan sejumlah
permainan tersebut ditujukan
untuk anak-anak berusia
5-13 tahun agar
memperoleh edukasi tentang
bahaya rokok dan
pedofilia.
Pada
teater sederhana yang
diperankan oleh sejumlah
mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter (PSPD), tersirat pesan
bahwa rokok merupakan
benda yang berbahaya. Rokok harus
dijauhi karena mengandung
racun tikus, bahan peledak, dan
ribuan bahan kimia
berbahaya lainnya. Rokok
juga menyebabkan berbagai
macam penyakit, seperti penyakit – penyakit pada
saluran pernafasan, jantung,
bahkan kanker yang
menyebabkan kematian.
Menurut panitia
acara Teh Pochi, Fiizdha Baqarizkhi, anak-anak patut
diberi pengetahuan mengenai
bahaya rokok. Pasalnya,
orang dewasa lebih
sulit dihentikan untuk
merokok. “Anak-anak masih dalam
masa belajar, tumbuh, dan berkembang. Kami lebih
mudah memberikan pelajaran
kepada mereka tentang
bahaya rokok untuk
kesehatan,” jelas mahasiswa semester
4 itu, Minggu (15/6).
Selain berbagi
ilmu tentang rokok, CIMSA
juga menyampaikan sejumlah
informasi mengenai tindakan
kekerasan seksual kepada
anak-anak pada acara tersebut. Panitia Teh
Pochi, Fajar Muzzamil menuturkan, materi tersebut
penting karena saat
ini kekerasan seksual
pedofilia sedang marak di masyarakat.
“Kami bermain
teater kecil yang menginformasikan tentang
tanda-tanda pelaku pedofilia
yang harus dijauhi. Anak-anak harus
tahu bahwa pelaku
pedofilia bukan hanya
dari orang yang
baru di kenal, tetapi
juga bisa dari
orang-orang terdekat mereka," papar mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) itu.
Pada
teater tersebut, CIMSA mengajarkan
anak-anak tentang beberapa
bagian tubuh yang
tidak boleh disentuh
orang lain selain
orang tua, kakak, adik, dan
dokter yang hendak
memeriksa kesehatan. Bagian tubuh tersebut ialah
mulut, dada, selangkangan, dan
pantat. Jika pelaku sudah
memegang bagian tubuh tersebut, anak-anak diajarkan
untuk menolak, kemudian menjauhi
pelaku dan melaporkan
kepada orang tua.
Acara
tersebut ditutup dengan
pembagian masker dan
peluit kepada anak-anak
yang menghadiri acara
tersebut. “Masker berguna untuk
mencegah anak-anak menghirup
asap rokok dan
peluit berfungsi sebagai
alat untuk meminta
pertolongan jika pelaku
pedofilia memulai tindakan
yang tidak senonoh,” jelas Fajar.
Manajemen Kandank
Jurank Doank, Indah Nirmala
Sari mengatakan, pelajaran berupa
bahaya rokok dan
pedofilia sangat membantu
untuk perkembangan anak-anak
ke arah yang
lebih baik. “Apalagi untuk
kasus pedofilia. Susah untuk
menjelaskan kepada anak-anak
karena bahasanya yang
terkesan vulgar dan
sulit untuk dipahami. Untungnya, penyampaian tentang
bahaya pedofilia dengan
cara bermain teater
mampu memberi pelajaran
yang sangat baik
dan dapat diterima
oleh anak-anak,” paparnya dengan
nada puas, Minggu (15/6).
(Gita Juniarti)