Kandidat capres dan cawapres yang selama ini mementingkan
popularitas dan kapital sebaiknya diubah menjadi mementingkan visi dan misi. Pengenalan
terhadap visi, misi dan program menjadi penting dalam budaya demokrasi untuk diketahui
oleh seluruh warga negara sebagai pemegang hak untuk memilih. Di satu sisi,
kampus menjadi tempat yang netral dan paling bertanggung jawab dalam pengenalan
kandidat.
Hal itu diutarakan oleh Tania Annisah dalam diskusi panel
FISIP untuk Bangsa dengan tema Bedah Visi dan Misi dan Rekam Jejak Capres dan
Cawapres 2014. Ia selaku ketua pelaksana acara mengatakan, mahasiswa memerlukan
pemahaman yang komprehensif tentang visi dan misi kedua pasangan capres dan
cawapres dalam bertarung. “Mahasiswa akan lebih yakin untuk memilih jika mereka
mengenal kedua kandidat dengan baik,” kata Tania.
Hal ini telah diamini oleh Cecep Hidayat, wakil Dekanat FISIP
UI. Ia mengatakan, pemahaman yang baik mengenai visi dan misi wajib dimengerti
oleh masyarakat luas secara subjektif. Timbul kekhawatiran dengan masyarakat
yang tidak menggunakan dengan baik hak untuk memilih. Golongan putih (golput),
tambahnya, biasa dilakukan justru oleh kaum terdidik.
Dalam acara ini, visi dan misi kedua kandidat diwakili oleh
jubir Tim Pemenangan masing-masing. Tantowi Yahya dari kubu Prabowo-Hatta,
sedangkan Anies Baswedan dari kubu Jokowi-JK. Tantowi mengatakan, forum
akademis seperti ini penting bagi kami untuk dapat menyampaikan visi dan misi
capres. Ia menjelaskan, visi dan misi Prabowo adalah cita- cita kemerdekaan
bangsa. Adanya kedaulatan penuh, keadilan, dan kemakmuran yang merata.
Sementara itu, Anies Baswedan menjelaskan, bahwa kedua
kandidat bukanlah musuh yang saling mengalahkan, melainkan lawan yang saling
menguatkan. Visi dan misi Jokowi-JK, lanjutnya, berfokus pada sumber daya
manusia. “Kami ingin manusia yg sehat dan cerdas. Capres dan cawapres
menjanjikan pemberdayaan sumber daya manusia dengan peningkatan pendidikan,”
kata Anies.
Diskusi panel ini dihadiri oleh tim panelis dari kalangan
akademisi dan mahasisiswa UI. "Jika pasangan Prabowo-Hatta mengedepankan
infrastuktur negara, dan Jokowi-JK dalam hal sumber daya manusia, maka
bagaimana jika dibalik?" tanya Bara Lintar, Ketua BEM FISIP UI 2014 yang
juga salah satu tim panelis, kepada kedua jubir.
Tantowi menjawab, dengan kondisi booming pemuda dan kelas menengah, fokus pada manusia juga menjadi
penting. Namun, perlu dibenahi perekonomian negara sebelum manusia. Dengan perekonomian yang baik, tambahnya, timbul
pendidikan yang baik pula. Dengan ekonomi kuat, negara akan memiliki anggaran,
sehingga tidak perlu mengambil anggaran satu sektor dari sektor lain.
Sementara itu, Anies dalam menanggapi pertanyaan Bara
menjawab, kepentingan infrastruktur perlu diperhatikan, terlebih perhatian pada
kasus korupsi. Maka, Jokowi-JK memang memerhatikan pada pendidikan
manusia. Negara, lanjutnya, membutuhkan
orang baru agar korupsi tidak terus
berlanjut.
Lain lagi dengan Nuri Soeseno, salah satu dari tim panelis yang
juga dosen FISIP membawa wacana mengenai peningkatan perrhatian peran
perempuan. "Negara-negara makmur dalam kancah internasional memperhatikan
kesejahteraan perempuannya," kata Nuri.
Menanggapi hal itu, Tantowi menjawab, Prabowo-Hatta janji 30%
kursi menteri untuk perempuan, sedangkan Anis menjawab Jokowi-JK janji 30%
kursi eksekutif dan yudikatif untuk perempuan.
Pemilihan Umum presiden akan digelar pada 9 Juli mendatang.
Kursi kepresidenan akan diperebutkan oleh dua kandidat, yakni Prabowo Subianto
dan Hatta Rajasa serta Joko Widodo dan
M. Jusuf Kalla. Nuri mengakhiri diskusi dengan harapan janji yang terealisasi
dari kedua jubir kandidat jika capres dan cawapres yang mereka wakili telah
memiliki mandat.
Maulia Nurul