Pertengahan April lalu, Divisi Voli Federasi Olahraga Mahasiswa
(Forsa) bersitegang dengan akamsi –sebutan untuk anak kampung sini– di lapangan
Student Center (SC). Usut punya usut, keributan itu terjadi lantaran akamsi
tidak terima lampu lapangan SC dimatikan oleh Forsa saat mereka hendak bermain
futsal.
Seminggu sebelumnya, keributan juga terjadi antara akamsi dengan
Resimen Mahasiswa (Menwa). Tak hanya itu, mahasantri Ma’had Aly pun pernah
bersitegang dengan akamsi gara-gara memperebutkan lapangan SC.
Salah satu anggota forsa, Mazda Hamdi Ismail mengaku, niatnya
mematikan lampu lapangan SC karena jam berlatih Forsa sudah selesai. “Saya
kaget, niat saya mematikan lampu malah memicu keributan,” kata mahasiswa
jurusan Ilmu Hukum ini, Kamis (22/5).
Serupa dengan Mazda. Komandan Satuan Menwa, Muhammad
Akbar Syawal, mengatakan keributan yang terjadi antara Menwa dengan akamsi
bermula saat salah seorang anggota Menwa menegur akamsi yang mengeraskan suara
motornya ketika hendak pulang setelah bermain futsal.
Nahas, niat baik menegur, sekelompok pemuda akamsi malah balik mengumpat.
Cekcok pun tak terhindarkan. Tak puas, akamsi lantas meminta agar permasalahan
itu diselesaikan di luar secara jantan. “Mereka nantangin kita buat selesain
di luar,” kata Syawal, Minggu (25/5).
Lain lagi dengan yang dialami oleh mahasantri Ma’had Aly. Menurut
Koordinator Divisi Olahraga Organi-sasi Mahasantri Ma’had Aly (OMM), Hamdan
Syamsuddin, tak hanya sekali-dua kali akamsi bermain futsal di saat jadwal OMM
bermain futsal.
Biasanya, lanjut Hamdan,
seusai Forsa latihan akamsi langsung turun ke lapangan dan langsung
bermain. “Kita menunggu sampai jam 11
dan akhirnya kita buat kesepakatan agar mereka tidak datang lagi,” katanya,
Sabtu (24/5).
Muhammad Iqbal, salah satu warga kelurahan Cempaka Putih (Kp.
Utan) mengaku, ia dan teman-temannya memang sering bermain di lapangan SC.
Bersama sekitar dua puluh lebih temannya yang bukan mahasiswa, Iqbal biasanya
datang sekitar pukul sepuluh malam selepas Forsa latihan. Iqbal mengatakan,
dalam seminggu ia dan teman-temannya bisa dua sampai tiga kali bermain futsal
di lapangan SC.
Pria alumnus SMA Triguna ini juga mengaku, kerap menyalakan lampu
lapangan SC sendiri jika lampu sudah dimatikan. Ia juga mengaku memiliki
kenalan dengan salah satu satpam yang berjaga di pos dekat Bank Mandiri.
“Biasanya, kami bilang pada satpam itu jika hendak bermain dan langsung
diizinkan,” katanya, Minggu (25/5).
Senada dengan Iqbal, siswa kelas dua SMP 3 Tangerang Selatan,
Fernandi Ade Ilyas menuturkan, ia dan
teman-temannya sering bermain futsal di lapangan SC pada sore hari selepas
pulang sekolah. Dalam seminggu Ade bisa dua sampai tiga kali bermain futsal di
lapangan SC. Ade menambahkan, tak ada satpam yang melarang jika ia dan
teman-temannya bermain. “Dimarahi kalau lagi salat aja. Habis itu enggak,”
katanya, Minggu (25/5).
Kepala satpam UIN Jakarta, Satori, mengatakan tak pernah
menginstruksikan anak buahnya memberi izin pada anak luar untuk menggunakan
fasilitas kampus seperti lapangan SC dan lainnya. “Laporan yang saya tahu,
mereka masuk dengan mahasiswa,” katanya, Kamis (22/5). Satori meminta agar
mahasiswa melapor, bila ada anak kampung yang bermain futsal.
Menanggapi kejadian tersebut, satpam SC, Giarto mengatakan pihaknya
memang sering mengizinkan bila akamsi hendak bermain futsal. Meski begitu, ia
juga tak serta-merta mengizinkan.“Kita biasanya mena-nyakan mereka dapat izin
dari siapa.Kalau memang diizinkan, yah, kita silakan. Tapi lihat waktu,”
ujarnya, Jumat (16/5).
Mendengar hal itu, Kepala Bagian (Kabag) Umum, Ali Meha,
menyadari, kinerja satpam memang kurang tegas.
Ali Meha juga kerap melihat satpam acuh terhadap mahasiswa yang sering
bolak-balik malam tanpa menanyakan keperluannya. Soal keributan, Ali Meha
mengaku hingga kini belum pernah menerima laporan. “Enggak ada. Enggak ada yang
melapor,” tegasnya, Jumat (16/5).
(Thohirin)