![]() |
Suasana Workshop Tanggap Darurat Gedung Tinggi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang diadakan KSR PMI UIN Jakarta, Senin (23/6).
|
Sebagai lembaga
pendidikan, kampus seharusnya bisa menjadi tempat yang memberikan rasa nyaman
dan aman bagi setiap orang dari keadaan bahaya. Apalagi, di dalam kampus begitu
banyak aktivitas yang dilakukan mahasiswa, dosen, dan karyawan. Karenanya, untuk
mengantisipasi kampus dari beragam bahaya, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta perlu menerapkan sistem
tanggap darurat dalam melakukan pembangunan gedung UIN Jakarta.
Seperti yang diungkapkan
dosen Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) UIN Jakarta, Iting Shofwati dalam workshop
“Sistem Tanggap Darurat Gedung Tinggi”. Acara tersebut diselenggarakan
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korp Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI)
yang bekerja sama dengan Badan Eksekutif Jurusan (BEMJ) Kesehatan Masyarakat,
di Aula Madya lantai 1, Senin (23/6).
Menurut Iting,
tujuan perlunya menerapkan sistem tanggap darurat di kampus UIN Jakarta, agar
terhindar dari berbagai bahaya. Ia mencontohkan, seperti kasus yang pernah
terjadi pada Oktober 2013 lalu, Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) rusak dan berantakan akibat dihantam angin kencang. Hal itu disebabkan
kurangnya perencanaan manajemen keadaan darurat yang disesuaikan dengan potensi
kondisi gedung yang ada.
Iting
menambahkan, selain kurangnya perencanaan, UIN pun masih kurang dalam
sosialisasi manajemen keadaan darurat. “Di UIN Jakarta ini terdapat 20 ribu
mahasiswa, dan kurang lebih 130 orang karyawan. Tapi, nyatanya mereka belum
punya ahli dalam bidang kebakaran,” paparnya.
Wakil Rektor
(Warek) III, Bidang Kemahasiswaan,
Sudarnoto Abdul Hakim, menyatakan, kampus UIN Jakarta sekarang perlu menerapkan
sistem tanggap darurat. Hal ini karena gedung UIN Jakarta terdiri dari tujuh
lantai. “Dulu, UIN belum memerlukan sistem tanggap darurat karena gedungnya
belum banyak, jadi tidak banyak masalah,” ujarnya.
Dalam melakukan
penyempurnaan kemajuan UIN, kata Sudarnoto, maka perlu diadakannya
penyeimbangan antara fasilitas dan perawatan gedung. “Kan semakin tahun,
kebutuhan UIN semakin besar dan bertambah. Selain itu, sumber daya manusianya
juga mengalami perkembangan,” tutur Sudarnoto, Senin (23/6).
Senada dengan
Sudarnoto, ketua panitia Rahma Chairunisa, menjelaskan, diadakannya workshop tersebut berdasarkan observasi
lapangan panitia terhadap sistem K3 di UIN Jakarta. Menurutnnya, sistem
keselamatan UIN Jakarta belum memenuhi standar prosedur K3. Sehingga masih
berpotensi terkena bahaya. Selain itu, tujuan diselenggarakannya acara tersebut
juga untuk menyadarkan dan mensosialisasikan kepada masyarakat UIN terhadap
potensi bahaya.
ZA