
Kebun
praktikum Jurusan Agribisnis belum diprioritaskan dalam pemba-ngunan fasilitas
pembelajaran di UIN. Direktur Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN, Fatma
Wijayanti, Jumat (16/5) memaparkan, kebun praktikum Agribisnis memang tidak ada
lantaran tak tercantum dalam Master Plan UIN Jakarta.
Kegundahan
sivitas akademika Agribisnis memuncak saat UIN mengalihfungsikan lahan
praktikum Agribisnis di Jl. Ir. H. Djuanda, Ciputat menjadi Pusat Studi
Kebudayaan Han, yakni sebuah pusat kebudayaan Cina pada 14 Mei 2014 lalu.
Lantaran lahan dialihfungsikan, kebun praktikum Agribisnis harus dipindah ke
lokasi lain untuk yang kesekian kalinya.
Dilansir dari tuntutan gerakan #SaveKebunAgri, sebuah gerakan yang dimotori
Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himagri), kebun praktikum Agribisnis telah
mengalami dua kali alih fungsi lahan dan tiga kali perpindahan.
Tercantum
dalam tuntutan #SaveKebunAgri, sebelumnya pada 2008 kebun praktikum di Jl.
Pisangan beralihfungsi menjadi asrama mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK). Lalu, pada 2008-2009 mahasiswa Agribisnis tidak menanam di
lahan, melainkan menanam dengan media polybag di green house
milik PLT di samping asrama mahasiswi FKIK. Kemudian, pada 2009 kebun praktikum
dipindahkan ke Jl. Ir. H. Djuanda, Ciputat.
Kondisi ini
membuat sivitas akademika Agribisnis mengeluhkan kejelasan status kebun
praktikum. Salah satu mahasiswi Jurusan Agribisnis yang tergabung dalam gerakan
#SaveKebunAgri, Khoiriyyah menganggap pengalihfungsian yang sudah dua kali
terjadi ini menunjukkan bahwa UIN Jakarta seolah tidak serius merencanakan
pengadaan kebun praktikum Agribisnis.
“Keilmuan
pertanian bukan hanya mempelajari ilmu menanam, tetapi juga menghargai lahan
pertanian. Saat lembaga pendidikan tidak lagi memegang prinsip ini serta tidak
siap mendukung dan mengembangkan studi keilmuan pertanian, lebih baik UIN
Jakarta tidak lagi membuka program studi Agribisnis,” jelas Khoiriyyah, Jumat
(16/5).
Khoiriyyah
menuturkan, kekecewaan mahasiswa Agribisnis bertambah saat pengalihfungsian
kebun praktikum menjadi Pusat Studi Kebudayaan Han, berlangsung di saat
mahasiswa Agribisnis tengah melakukan praktik teknologi produksi tanaman melon
dan tomat. Padahal, kata Khoiriyyah, dalam hitungan satu bulan ke depan kedua
tanaman tersebut akan dipanen.
Khoiriyyah bersama gerakan #SaveKebunAgri, sebuah gerakan di jejaring sosial Twitter yang lahir
akibat kekecewaan mahasiswa Agribisnis atas ketidakjelasan lahan praktikum,
setidaknya mereka memiliki empat tuntutan. Secara garis
besar, mereka meminta kepastian status kebun praktikum dan tidak
mengalihfungsikan kebun praktikum. Mereka juga meminta UIN menyediakan
fasilitas praktikum Agribisnis dan memprioritaskan kepentingan pengembangan
akademis mahasiswa.
Awalnya, saat
proses persiapan peletakan batu pertama Pusat Studi Kebudayaan Han, pihak
rektorat berencana meratakan seluruh tanaman melon dan tomat yang menjadi objek
praktikum. Akan tertapi, Fatma tidak tinggal diam dan mempertahankan tanaman
mahasiswa Agribisnis. Ia menegosiasi pihak rektorat agar kedua tanaman tersebut
tidak ikut diratakan sampai masa panen.
Lantaran kebun di Jl. Ir. H. Djuanda beralih fungsi, beberapa pekan lalu
Wakil Rektor (Warek) II Bidang Adminsitrasi Umum, Amsal Bakhtiar
merekomendasikan beberapa tempat di Ciputat, Cikuya, Sawangan, dan Lampung ke
pihak PLT. Setelah me-ninjau tempat, akhirnya PLT memilih lahan di
Ciputat.“Meski menyayangkan kepindahan kebun praktikum, bagi kami (PLT) lahan
kebun praktikum tidak harus luas. Terpenting, mudah diakses
mahasiswa,” terang Fatma.
Terkait
pemindahan kebun praktikum ke Jl. Puri Intan, Pisangan, Ciputat, Khoiriyyah
merasa kebun praktikum baru itu tidak sesuai harapan lantaran lahan tersebut
tidak cukup luas. Ia menyebutkan, idealnya lahan agribisnis seluas 5000 meter
persegi untuk dua kelas yang sedang praktikum, sedangkan di kebun praktikum
baru hanya seluas 1760 meter persegi.
Menanggapi keluhan Khoiriyyah, Rektor UIN Jakarta, Komaruddin Hidayat
menuturkan, tidak hanya kebun praktikum yang sempit, lahan kampus utama UIN
Jakarta juga masih terlalu sempit. “Jangan harap lahan yang baru itu
permanen. Lahan itu sempit dan juga tidak cocok sebagai lahan praktikum,” tegas
Komaruddin saat ditemui di ruangannya, Rabu (21/5).
Tuntutan
Himagri yang menginginkan tidak ada lagi alih fungsi dan perpindahan lahan
praktikum Agribisnis pun nampaknya sulit terealisasi, mengingat lahan yang baru ternyata masuk ke
dalam Master Plan UIN Jakarta. Dalam rancangan Master Plan
tersebut, kebun praktikum di Jl. Puri Intan, Pisangan akan dijadikan jembatan.
Amsal menjelaskan, kebun praktikum yang baru hanya mampu bertahan 5-10 tahun.
Untuk
mengantisipasi perpindahan kebun praktikum yang hanya mampu bertahan 5-10
tahun, UIN Jakarta berencana membeli lahan di Cinangka, Depok. Lahan tersebut,
kata Amsal, memiliki luas satu hektar dan sifatnya permanen. Amsal menjelaskan,
jauh atau tidaknya jarak dari kampus ke Cinangka itu relatif. “Apalagi, saat
ini banyak mahasiswa yang punya kendaraan bermotor,” ungkapnya, Jumat (23/5)
pagi.
Terkait
pembangunan Pusat Kajian Kebudayaan Han, Amsal memaparkan pembangunan tersebut
sedang dalam proses penentuan tender. “Pokoknya, seluruh biaya diserahkan
sepenuhnya kepada pihak Yayasan Buddha Amitabha Indonesia, UIN tinggal terima jadi saja,” papar Amsal.
Terkait pembangunan
Pusat Kajian Kebudayaan Han, Amsal memaparkan
bahwa pembangunan tersebut sedang melakukan proses penentuan tender.
“Pokoknya, seluruh biaya diserahkan sepenuhnya kepada pihak Yayasan Buddha
Amitabha Indonesia, UIN tinggal terima jadi” papar Amsal.
(Syah Rizal)