![]() |
Mahasiswa
sedang melakukan penelitian dengan tema Manfaat dan Kandungan Senyawa Bioaktif
Madu Lokal
Indonesia di Laboratorium Pangan,
Pusat Laboratorium Terpadu UIN Jakarta, Rabu (21/5).
|
Wakil Rektor (Warek) II Bidang Administrasi Umum,
Amsal Bakhtiar mengatakan, ada dana penelitian untuk mahasiswa. Ia menerangkan,
pihak Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta telah
menganggarkan Rp2,5 juta untuk penelitian skripsi dan nonskripsi mahasiswa
sejak tahun lalu. “Kami telah menganggarkan dana untuk mahasiswa peneliti.
Namun, jangan tanya pada saya prosesnya karena bukan tugas saya. Pengelolaan
dana diserahkan pada wakil rektor bidang kemahasiswaan,” kata Amsal, (23/5).
Menanggapi hal itu, Warek III Bidang
Kemahasiswaan, Sudarnoto Abdul Hakim mengakui, dana untuk mahasiswa meneliti
sudah dianggarkan sejak tahun lalu. Namun, dana tersebut diberikan untuk 100 skripsi
mahasiswa terbaik. “Pemberian hadiah tersebut diberikan pada tiga kali wisuda
tahun 2013,” katanya, Senin (21/5).
Setelah dievaluasi, tambahnya, pemberian Rp2,5
juta untuk 100 mahasiswa tersebut akan diganti dengan program pembinaan dan
pelatihan riset mahasiswa. Ia menjelaskan, universitas telah membuat pola baru
untuk mahasiswa semester tujuh demi mewujudkan universitas riset. Mahasiswa
terpilih akan dibina selama empat bulan untuk pengembangan kemampuan bahasa,
riset dan menulis.
Jurnal mahasiswa binaan akan dipublikasikan dalam
kancah nasional dan internasional. Ia menambahkan, sejumlah mahasiswa yang
telah dibekali akan diberi beasiswa untuk sekolah ke luar negeri. “Setelah
kembali dari luar negeri, mahasiswa tersebut akan mengabdikan dirinya untuk
menjadi dosen di sini,” ujar Sudarnoto. Sosialisasi pembinaan akan dijalankan
pada Juni mendatang.
Menurutnya, UIN akan menjadi univeristas riset
pada 2025 dengan menghasilkan sejumlah jurnal dan guru besar. Dengan adanya
pembinaan riset mahasiswa, fasilitas universitas penunjang riset akan otomatis
didongkrak. Ia melanjutkan, fasilitas
laboratorium, perpustakaan, dosen dan sarana publikasi jurnal akan
dikembangkan kembali demi mewujudkan mimpi tersebut.
Namun, dampak pengalihan dana tersebut dirasakan
oleh Ahmad Fatah Yasin, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
Ia pernah mengajukan proposal penelitian pada pihak akademik fakultas pada
semester lalu. Saat itu, ujar Fatah, ia dianjurkan oleh pihak fakultas untuk
melakukan penelitian bersama dosen. Pihak fakultas maupun universitas tidak
memiliki dana untuk penelitian mahasiswa.
“Ketiadaan dana membuat saya meneliti bersama
dosen. Ini sesuai dengan program Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen)
universitas, di mana penelitian untuk dosen yang telah dianggarkan mewajibkan
keikutsertaan mahasiswa,” ujar Fatah, mahasiswa semester 8 ini, Selasa (20/5).
Setelah mendapat anjuran, ia segera menghubungi dosen mata kuliah yang sesuai
dengan tema penelitiannya.
Berbeda halnya dengan Fatah, Peza Batamarlia
Reko, mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), pernah dianjurkan dosennya
untuk mengajukan proposal penelitian ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Lantaran, pihak fakultas maupun universitas tidak menyediakan dana
penelitian.
Kini Peza tengah melakukan penelitian dengan
judul ‘Pemanfaatan Limbah Industri Rumah Tangga Berbasis Tepung dalam Pembuatan
Biohidrogren Menggunakan Bakteri Fotosintetik Rhodobium Marinum’ di LIPI
Cibinong, Bogor. “Karena di situ saya dibiayai Rp5 juta,” kata mahasiswa
Jurusan Kimia semester 8, Kamis (15/5).
Hal ini disayangkan oleh Wakil Dekan I Bidang
Akademik FST, Lily Surraya Eka Putri. “Selama ini penelitan mahasiswa biasanya
dibawahi oleh dosen. Mengenai pengadaan dana, dosen telah mendapat anggaran
dari universitas. Dana tersebut akan di-share kepada mahasiswa,” ucap
Lily ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (20/5).
Menurut Lily, universitas seharusnya merespons pengajuan proposal
penelitian. Pengalihan anggaran dana untuk mahasiswa mengakibatkan mahasiswa
melakukan penelitian mencari alternatif sarana penelitian. Baginya, hal ini
mengakibatkan hak keilmuan akan terambil oleh lembaga yang mendanai.
(Maulia Nurul)