Mendekati Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli
mendatang, beberapa mahasiswa berlomba-lomba mendeklarasikan diri untuk
mendukung Capres-Cawapres jagoan mereka. Namun,
di tengah hiruk suasana tersebut, beberapa mahasiswa yang tergabung dalam
Aliansi Mahasiswa untuk Kedaulatan Tanah (AMUKAN) menggelar aksi “Mengutuk Kekerasan
Aparat Terhadap Petani di Rembang Jawa Tengah” di Bunderan Hotel Indonesia (HI),
Jumat (27/6).
Aksi yang dimotori oleh Front Perjuangan Pemuda
Indonesia (FPPI) dan Forum Pers Mahasiswa Jakarta (FPMJ) itu mengecam kekerasan
pihak aparat keamanan terhadap puluhan petani yang melakukan aksi penolakan
pendirian pabrik PT Semen Indonesia, di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem,
Kabupaten Rembang.
Yusuf Bayu yang mewakili FPPI dan selaku koordinator aksi
menyebutkan, aksi yang mereka lakukan adalah wujud perjuangan mahasiswa untuk
Desa Tegal Dowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. “Aksi ini kami lakukan
demi menyuarakan berbagai pelanggaran yang telah dilakukan selama persiapan
proyek pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang ini,” tegas Yusuf
dalam orasinya, Jumat (27/6).
Yusuf menambahkan, masyarakat selama ini tidak pernah
tahu dan mendapatkan informasi yang jelas dan terang benderang mengenai rencana
pendirian pabrik semen. Hal itu di perparah dengan tidak adanya sosialisasi
yang melibatkan warga desa secara umum. “Hanya perangkat desa yang dilibatkan
dalam sosialisasi tersebut dan informasi ini tidak pernah disampaikan kepada masyarakat,”
jelas Yusuf.
Sementara itu, Indra Gunawan yang mewakili FPMJ
memaparkan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) tidak pernah
bisa dilihat oleh masyarakat dan tidak ada niat ingin menyampaikan ke
masyarakat. “Akhirnya masyarakat tidak pernah mendapat penjelasan mengenai
dampak-dampak negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen,” jelas
pria yang akrab dipanggil Igun dalam orasinya.
Senada dengan Igun, Koordinator FPMJ yang juga warga
asal Rembang, Selamet Widodo, menyesalkan dan mengutuk tindak kekerasan aparat
tersebut. “Kenapa harus dengan kekerasan untuk menjawab suara rakyat?,” Tanya pria
yang akrab disapa Dodo itu. Sampai saat
ini, lanjut Dodo, hingga berita ini diterbitkan warga Rembang masih bertahan di
lokasi pendirian PT Semen Indonesia, mereka menuntut alat berat meninggalkan kawasan
pendirian PT Semen Indonesia.
Di akhir aksi, AMUKAN memaparkan tuntuan mereka. Pertama,
mengutuk aksi kekerasan aparat baik Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi
Republik Indonesia (Polri) terhadap petani Rembang dan meminta TNI dan Polri
untuk bersikap netral.
Kedua, mereka menuntut PT Semen Indonesia untuk
menarik semua alat berat yang sedang beroprasi. Lalu, menuntut Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Rembang untuk berani membela
rakyat dengan menghentikan semua kegiatan PT Semen Indonesia di Rembang, karena
jelas-jelas telah melanggar peraturan yang ada.
Mereka juga menuntut Kementerian Lingkungan Hidup
melakukan evaluasi terhadap AMDAL PT Semen Indonesia. Lalu, menuntut
Kementerian Kehutanan untuk melakukan evaluasi terhadap izin prinsip kawasan
hutan. Selain itu, mereka menolak pembangunan apapun yang sifatnya menghilangan
hajat hidup rakyat terkait tanah, air, dan segala isinya yang telah menjadi
sumber penghidupan rakyat. Terakhir, selamatkan alam Pegunungan Kendeng dari
kerusakan.
Syah Rizal