
Bermula saat dirinya duduk di bangku semester dua, Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Denny mulai memberanikan diri mengikuti
lomba debat yang diadakan oleh FEB. Pengalaman pertama itu mendorongnya untuk
mencoba lomba debat tingkat universitas dan berhasil meraih juara tiga.
Kebiasaan berani mencoba hal baru membuat Denny untuk pertama
kalinya menjuarai lomba debat tingkat nasional. “Alhamdulillah, menjadi juara
pertama,” tutur Denny sumringah. Sejak itu, Denny tertarik mengikuti berbagai
macam lomba. “Sebe-tulnya, kita itu jangan pernah minder ketika bersaing dengan
universitas-universitas lain. Banyak yang enggak percaya diri karena dari UIN,
awalnya saya juga kayak gitu, tapi saya selalu mencoba buat percaya
diri,” ujar Denny, Senin (19/05).
Ia menambahkan, sebelumnya ia tak punya pengalaman mengikuti
perlombaan. Menurut Denny, pertama kali ikut lomba debat tujuannya ingin
mengembangkan teknik komunikasi yang baik, ia berharap bisa lebih percaya diri
ketika menyampaikan ide saat presentasi penelitian.
Denny bercerita, semakin sering mengikuti lomba, ia merasa semakin
tertantang dan mendapatkan pengalaman baru. Ketika Mas Den, sapaan akrabnya,
duduk di bangku semester enam, ia mulai tertarik untuk mencoba menulis esai.
Esai pertamanya yang membahas blue economy itu ia ikutsertakan dalam
lomba esai tingkat nasional yang diadakan oleh Universitas Katolik Parahyangan.
Tulisan esai pria yang hobi membaca ini pun berhasil menyabet
juara satu, mengalahkan peserta dari Universitas Indonesia dan universitas
lainnya. Tak hanya menyabet predikat sebagai seorang juara, Denny berhasil
lolos menjadi salah satu pemateri makalah yang diadakan oleh Universitas
Ne-geri Jakarta (UNJ).
Menjadi kebanggaan tersendiri bagi pria berusia 24 tahun
ini, karena dari enam peserta yang lolos menjadi pemakalah, ia satu-satunya
peserta yang masih menyandang status sebagai mahasiswa. ”Waktu itu, lima orang
lainnya mereka sudah lulus S1, S2 bahkan S3 dan saya satu-satunya yang belum
bergelar S.E,” kenang Denny.
Menurut Denny yang baru saja menyelesaikan sidang skripsi
dengan nilai cumlaude pada Kamis (22/05) ini menyarankan, agar mahasiswa
jangan takut untuk mencoba, harus percaya diri, dan jangan menjadi mahasiswa mainstream.
“Ya,
kalau kuliahnya hanya mengejar Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi saja, dia
hanya akan menjadi mahasiswa biasa. Tapi, kalau kita punya pengalaman yang
banyak, ketika lulus enggak akan diragukan lagi. Intinya, kita harus jadi
mahasiswa yang enggak biasa,” terang Denny.
Dari pengalamannya tersebut, sekarang Denny banyak
diminta oleh berbagai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk mengisi materi
teknik menulis esai, LKTI, dan makalah. Selain itu, ia juga membentuk
perkumpulan menulis ilmiah. Tapi, perkumpulan yang memiliki anggota sebanyak 20
orang ini masih terkendala deng-an masalah Sumber Daya Manusia (SDM),
“Pengajarnya baru saya, kalau saya lagi ikut lomba ke luar kota enggak ada
pengajarnya,” terang Denny.
Ia mengatakan, komunitas menulis ilmiah ini terbuka bagi seluruh
mahasiswa UIN Jakarta. Denny berharap ilmu dan konsep-konsep ekonomi yang ia
miliki bisa menolong dan membangun masyarakat miskin. “Tujuannya, nanti konsep
itu bisa dibuat kebijakan oleh pemerintah,” tutupnya.
(Nurlaela)