Pada 11 Februari lalu, Kepala Biro Administrasi Umum
dan Kepegawaian (AUK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Reti Indarsih,
menginstruksikan kepada Satpam UIN Jakarta untuk menutup pintu samping pos Satpam
pada hari Sabtu, Minggu, dan hari Libur Nasional serta pukul 19.00 untuk Senin
s.d. Jumat. Alasannya, penutupan itu diberlakukan demi menjaga keamanan kampus.
Alih-alih menjaga keamanan kampus, nyatanya penutupan
pintu samping menuai banyak keluhan dari mahasiswa. Abdul Jalil, salah satunya.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan ini mengaku, penutupan pintu samping lebih
banyak menimbulkan mudaratnya daripada maslahatnya.
Di antaranya, kata Jalil, mahasiswa sulit mengakses ke
Pesanggrahan, membeli kebutuhan apapun jadi jauh, dan penghasilan pedagang pun
menurun. “Jika alasannya hanya demi menjaga keamanan kampus, hal itu kurang
mendasar,” katanya, Rabu (16/4).
Menanggapi keluhan mahasiswa, Reti menjelaskan,
kebijakan yang ia keluarkan bukan untuk menutup akses ke Pesanggrahan.
Melainkan, guna mencegah orang umum mengakses pintu tersebut untuk keluar-masuk
kampus. Dengan demikian, orang umum akan merasa segan masuk ke kampus. Sebab,
di UIN pernah terjadi pencurian beberapa inventaris kampus yang dicurigai
dilakukan oleh orang umum.
Menurut Jalil, jika alasannya untuk menjaga keamanan
kampus, kenapa pintu di samping Bank BNI dibuka? “Itu kan sama saja membuka peluang bagi orang umum masuk ke kampus,”
katanya.
Selain Jalil, hal serupa juga dialami Yusli Anggriawan.
Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI) ini mengatakan, penutupan pintu samping pada pukul
19.00 turut mengganggu aktivitasnya. Pasalnya, pintu itu menjadi akses paling
mudah baginya bolak-balik ke Pesanggrahan. “Karena pintu samping sudah ditutup,
mau nggak mau saya harus memutar
melewati Bank BNI,” ucapnya Kamis (10/4) malam.
Reti menjelaskan, sebetulnya masih ada akses selain
pintu samping, yakni lewat jalan depan (melintasi Gedung Wisma Usaha UIN).
Namun, jaraknya memang lebih jauh. “Mahasiswa yang masih muda seharusnya dapat
memahami kebijakan itu. Kenapa nggak
jalan lebih jauh?” ujarnya saat ditemui di ruangannya, Selasa (15/4).
Selain itu, kata Reti, minimnya personel Satpam UIN
juga menjadi alasan ditutupnya pintu samping. Ia khawatir, jika satpam
difokuskan mengawasi pintu samping, maka konsentrasi mereka akan terpecah.
Reti mengungkapkan, kebijakan yang ia keluarkan masih
bersifat kondisional. “Jika nanti personel satpam sudah mencukupi, ada
kemungkinan pintu samping akan dibuka lebih lama lagi,” jelas Reti yang juga
pernah menjabat sebagai Kepala Bagian (Kabag) Tata Usaha Fakultas Dirasat
Islamiyah (FDI).
Parkir semrawut,
pintu samping ditutup
Dalam sejarah pembangunan gedung UIN Jakarta, salah
satu satpam, Edy Sutrisno bercerita, sebenarnya, tidak ada rancangan pembuatan
pintu samping. Hanya saja, waktu itu seluruh
Satpam UIN sepakat agar pintu samping diadakan guna memudahkan satpam
dan mahasiswa keluar-masuk ke Pesanggrahan.
Sekarang, lanjut Sutrisno, penutupan pintu samping
yang lebih awal, sebenarnya bukan hanya berasal dari surat instruksi Kepala
Biro AUK. Tapi, juga berdasarkan inisiatif satpam. Karena menurut Sutrisno,
setiap hari banyak mahasiswa yang memarkir sepeda motor di depan pos satpam
hingga menumpuk dan tidak beraturan dengan alasan ingin makan atau photocopy.
“Mahasiswa UIN Jakarta yang memarkir motor mereka di
depan pos satpam itu manja karena tidak mau jalan kaki ke Pesanggrahan. Tidak
mungkin, kita (satpam) mengingatkan mahasiswa terus. Mahasiswa kan sudah dewasa, punya otak, pinter,
dan intelektual, masa nggak ngerti-ngerti” keluh Sutrisno, yang
sudah menjadi Satpam UIN selama 25 tahun.
Gara-gara parkir yang semrawut itu, akhirnya, ujar
sutrisno, pintu samping ditutup lebih cepat. Meski penutupan pintu menyulitkan
akses mahasiswa ke pesanggrahan, namun hal itu tidak berlaku bagi satpam.
Karena, jika satpam ingin membeli makan, mereka cukup membuka gembok yang
mengunci pintu tersebut. “Saya mah
kalau mau beli makan, yah tinggal buka aja pintunya, orang kuncinya dipegang
sama satpam,” ucapnya Kamis (10/4).
(Syah Rizal)