Tahun ajaran
2014/2015, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta membuka tiga prodi baru,
yakni Teknik Geologi, Teknik Pertambangan, dan Teknik Perminyakan. Ketiga prodi
itu berada di bawah naungan Fakultas Sumber Daya Alam (FSDAL). Meski telah membuka
pendaftaran bagi calon mahasiswa baru, izin pendirian FSDAL masih dalam proses.
Ketua tim
pembentuk FSDAL, Untung Suryanto, menyatakan pihak rektorat belum memberikan
izin operasional pada timnya untuk mendirikan prodi ini. “Proses perizinannya
memakan waktu sekitar enam bulan. Ketika sudah mendapatkan izin operasional,
kita dapat berdiri sendiri,” ujarnya, Senin (14/4).
Untung menjelaskan,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2010 membolehkan universitas yang
mempunyai akreditasi A (seperti UIN), membuka dan menutup prodi, bukan menutup
fakultas. Kewenangan keputusan tersebut berada di tangan rektorat.
UIN
mempunyai akreditasi A, lanjut Untung, dan dengan itu UIN punya hak untuk
membuka dan menutup prodi baru sesuai dengan arahan rektor. Karena alasan
tersebut, FSDAL memulai perizinannya dengan mendirikan tiga prodi terlebih
dahulu. “Ketiga prodi dari FSDAL ini, menginduk pada Fakultas Sains dan
Teknologi (FST) hingga proses perizinan pendirian prodi diberikan oleh rektor,”
ujarnya.
“Hingga saat
ini, UIN belum membuka FSDAL karena rektorat belum memberi izin pada kami (tim
pembentuk). Kita harus bicara berdasarkan hukum, harus hati-hati. Kita (tim pembentuk) belum dapat izin, harusnya
tidak boleh membuka prodi. Itu melanggar hukum,” tambahnya.
Meskipun
tiga prodi baru ini menginduk di FST, tetapi kegiatan perkuliahan rencananya
dilakukan di gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Hal ini
tidak berarti pihak FST tidak memiliki fasilitas yang memadai, tetapi jadwal
yang ada di FST belum disesuaikan dengan jumlah calon mahasiswa baru yang tahun
ini mendaftar.
Wakil dekan FST, Ahmad
Tjahja menanggapi hal tersebut. “Izin
merupakan suatu proses. Pada saat proses
berjalan, tim pembentuk pasti telah melakukan uji kelayakan. Oleh karena itu,
bisa jadi memakan waktu beberapa bulan,” tuturnya.
Ia
menerangkan, meskipun proses perizinan itu bukan wilayahnya, tetapi ia juga
menyayangkan jika proses tersebut tidak diketahui oleh calon mahasiswa. “Yang paling
penting adalah ketika mahasiswa baru datang, kegiatan proses ini sudah diberitahukan. Kita tidak dibenarkan menyembunyikan informasi
ini dari mereka,” ujarnya, Rabu (16/4).
Pembentukan
FSDAL ini bekerjasama dengan Missouri University
Science and Technology (MST) USA,
Chevron, Pertamina, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Trisakti. Untung
mengatakan, pihak kerjasama seperti Missouri University, akan mengirimkan
dosen ahli. Sebagai balasan, pihak UIN bertanggung jawab mencetak alumni yang
berkualitas.
Untung
menyatakan tim pembentuk telah menyiapkan enam dosen tetap yang berasal dari
berbagai universitas. Selain itu, pihak kerjasama juga tidak menutup
kemungkinan akan mengirimkan pengajar yang ahli di bidang Matematika, Kimia,
dan Fisika, untuk mengajar di prodi tersebut.
Untung
juga tidak menyangkal, UIN belum memiliki laboratorium yang berkualitas dalam
menunjang tiga prodi baru tersebut. Oleh karena itu, Universitas Trisakti
sebagai salah satu pihak yang bekerjasama dengan UIN menyediakan laboratorium
sebagai tempat praktek. “Mereka sudah mengizinkan, tinggal bicara saja berapa
biayanya,” jelasnya.
Ketika
dimintai keterangan soal pembentukan FSDAL dengan pihak kerjasama, Wakil rektor
bidang kerjasama, Jamhari, tidak mau memberikan komentar. Ia mengaku belum siap
untuk mengomentari hal ini.
(Nur
Hamidah)