Hal itu terjadi karena
sulitnya mencari mahasiswa semester enam yang siap KKN, ditambah mereka juga harus
dari fakultas-fakultas yang telah ditentukan. Tapi, kesulitan mencari anggota
KKN tersebut menjadi lumrah dilihat setiap awal semester genap.
Kesulitan mencari
anggota KKN dirasakan oleh Qori Aini Sasmita, mahasiswa semester enam Fakultas
Sains dan Teknologi. Ia bersama temannya mencari anggota KKN melalui
kenalan-kenalannya di fakultas lain. Selain itu, Qori juga aktif mengakses grup Blackberry Messenger dan Whatsapp.
Setelah tekumpul
15 orang, kata Qori, ia dan teman-temannya bertemu untuk pertama kalinya di
halaman Auditorium Harun Nasution. Qori bercerita, dalam pertemuan pertama itu,
ia merasa ada ketidakcocokan antara anggota yang aktif dan tidak aktif bicara.
Usai pertemuan pertama,
lanjut Qori, ketidakcocokan tersebut dibahas dalam grup media sosial dan sehari
kemudian mereka memutuskan untuk bubar. “Pembubaran ini bikin saya repot mencari
kelompok KKN lagi” katanya, Kamis (17/4). Kejadian itu juga membuat Qori memasang
iklan kelompok KKN di Twitter untuk
mencari kelompok baru.
Ia
mengungkapkan, alasan usia membuatnya dikeluarkan dari kelompok KKN tersebut. Namun,
dengan bantuan adik kelasnya, kata Rifki, ia pun mendapat kelompok KKN baru yang
beberapa anggotanya memiliki umur sama.
Hal yang sama
juga dialami Gerry Noviandika, mahasiswa semester enam Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP). Mulanya, Gerry telah mendapatkan kelompok KKN melalui Twitter. Namun dalam perjalanan, beberapa
anggota kelompok KKN-nya memutuskan untuk keluar.
Untuk melengkapi
kelompok, ia pun menempel iklan KKN di mading
dan tempat strategis fakultas yang ia cari. Selain menempel iklan KKN, ia juga menggunakan
Twitter untuk mencari anggota KKN. “Untuk mencari anggota KKN, saya
ngetweet dengan mention @uinity atau @uincommunity. Kira-kira dalam sehari, saya ngetweet dua kali,” katanya (14/4).
Sejak tahun lalu,
kata Gerry, @uincommunity menjadi salah satu akun twitter yang efektif bagi
mahasiswa UIN Jakarta untuk memasang iklan KKN. Gerry menjelaskan, tweet KKN yang ia lakukan telah berhasil
mendapat respon dari beberapa mahasiswa fakultas yang ia cari. Awalnya, Gerry
memiliki lima anggota dari FISIP, sejak ia ngetweet,
sekitar 13 orang menghubunginya.
Di sisi lain, admin
@uincommunity, Syamsul H.R menuturkan, jumlah tweet pencari kelompok KKN lebih dari 20 tweet dalam sehari. Untuk memasang iklan kelompok KKN, jelas
Syamsul, tweet harus disertakan mention @uinity dan hashtag
#bursakkn. ”Namun, pada 16 April lalu kami telah memberhentikan iklan kelompok
KKN di Twitter,” ujarnya, Kamis
(10/4).
Menanggapi hal
itu, tim relawan monitoring lapangan LPM KKN, Nanang Syaikhu mengatakan,
fenomena seperti ini sudah lazim dilakukan bagi mahasiswa yang akan
melaksanakan kegiatan KKN. Selain itu, kata Nanang, pihak LPM pun memberikan
kebebasan bagi mahasiswa untuk menentukan kelompok.
Nanang
menjelaskan, kuota kelompok KKN telah ditentukan LPM antara 10-17 mahasiswa
dari enam fakultas yang berbeda. “Idealnya semua jurusan ada, karena untuk mengabdi
pada masyarakat berbagai keterampilan sangat dibutuhkan,” kata Nanang ketika
ditemui di ruang kerjanya, Senin (14/4).
(Maulia)