Beberapa mahasiswa
memanggul kardus berisi
obat-obatan dan perlatan
untuk memeriksa kesehatan. Mereka mulai
memasuki rumah ketiga
veteran tersebut. INSTITUT
mengikuti salah satu
kelompok yang memasuki
rumah berwarna oranye
terang. Rumah sederhana itu
dihuni oleh seorang
veteran bernama Teuku
Muhammad Nawi (105 thn), mantan prajurit
yang melawan tentara
NICA untuk membebaskan
Irian Barat. Ia tinggal
bersama istri, anak perempuan, menantu, dan kedua
cucu laki-lakinya.
Selain Nawi, dua
veteran lain yang
diobati adalah istri
dari Alm. Mohammad Natsir (82), tentara
DI/TII Jawa Barat
yang melakukan pemberontakan
tahun 1949 dan
Mardi (90) yang tergabung
dalam TNI Kodim
Jakarta Pusat tahun
1945.
Setibanya disana, Teuku
Muhammad Nawi telah
duduk di sofa
berwarna gelap. Ia mengenakan
seragam berwarna hijau
lumut layaknya seorang
jenderal. Seragam itu membalut
badan kurus kering
dan menutupi beberapa
luka bekas tembakan
yang telah mengering
di tubuh Nawi.
Salah seorang
mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter (PSPD), Raka
Fathur berteriak kencang
ke telinga Nawi
karena pendengaran veteran
tersebut kurang baik. “Bapak
namanya siapa?” tanya Fathur.
“Nama saya
Teuku Muhammad Nawi! Umur
saya 105 tahun! Saya
keturunan Aceh dan
Jawa!” serunya dengan suara
lantang. Namun, ketika
ditanya tentang perjalanan
perang yang dilaluinya
bersama tentara Indonesia, veteran ini
tak bisa menjawab
banyak karena ingatannya
telah menipis akibat
dimakan oleh usia.
Haryati, putri keenam Nawi
pun menceritakan tentang
beberapa kisah ayahnya. Ia
menceritakan tentang Nawi
yang membantu jual-beli
senjata antara Indonesia
dengan Uni Soviet
tahun 1960, hingga perang
melawan tentara NICA
yang berujung pada
kemenangan di tangan
Indonesia.
“Tapi Bapak
tidak terlalu banyak
bercerita kepada saya. Sejak
kecil, saya sudah merantau
ke Banyuwangi dan
Bali, jadi tidak terlalu
banyak tahu tentang
kehidupan muda Bapak,” paparnya dengan
nada malu.
Usai
berbincang-bincang dengan Nawi
dan Haryati, seorang alumni
PSPD memeriksa kesehatan
Nawi. Ia mulai memeriksa
gula darah hingga
kolesterol. Setelah melalui beberapa
prosedur pemeriksaan, Nawi diprediksi
menderita mikrofraktur karena
pernah jatuh.
“Pak Nawi harus banyak
istirahat dan minum
obat, ya. Sebelum minum obat, Bapak
harus makan yang
teratur,” tutur dokter dari Rumah Sakit
Fatmawati tersebut sambil
memberikan obat kepada
Nawi.
Sebelum beranjak
dari rumahnya, Nawi berpesan
kepada para mahasiswa
yang hendak mencium
tangannya. “Kalian itu jangan
bodoh seperti saya. Saya
hanya lulus sekolah
kelas 2 SD. Kalian
belajar yang rajin
dan buat Indonesia lebih
maju dari negara
Belanda dan Jepang
yang sudah jajah
negara kita!” serunya lantang.
Setelah mengunjungi
rumah para veteran, mahasiswa PSPD
pun menggelar pengobatan
gratis di Kompleks Perumahan
Veteran tersebut. Rupanya,
tak sedikit warga
yang datang untuk
memeriksa kesehatan mereka.
Salah satu
warga Komplek Perumahan
Veteran, Nur Fathia (59) menuturkan, ia berterima
kasih kepada mahasiswa
PSPD yang mengadakan
pengobatan gratis di
kompleks perumahan tersebut. “Saya dari
dulu menderita asam
urat. Tapi saya tidak
mau periksa ke
rumah sakit karena
malu. Penyakitnya saya kan tidak
parah,” ucap wanita asal
Lubuk Linggau itu.
Kelompok
mahasiswa yang menggelar
pengobatan gratis tersebut
adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) PSPD angkatan
2011 dan 2012. Mereka tergabung
dalam organisasi Center
for Indonesian Medical
Students Activites (CIMSA) divisi
Standing Comitte on
Human Rights and
Peace (SCORP) UIN Jakarta.
Ketua CIMSA, Aditiya Bagus
Wicaksono mengatakan, acara bertajuk
Heroes Day ini pertama
kali diadakan oleh
CIMSA. Sebelum mengadakan Heroes Day, CIMSA divisi
SCORP telah mengadakan
pembagian makanan bergizi
dan susu gratis
untuk anak-anak pengamen. “Anak-anak pengamen, veteran, dan masyarakat
di Indonesia butuh
akan perhatian dari
segi kesehatan. Tapi, hanya sedikit
orang yang memperhatikan
hal tersebut,” kata mahasiswa
semester 5 ini, Minggu (10/11).
Adit
melanjutkan, acara Heroes
Day tak hanya sampai
disini. Kelak, sebulan dan tiga
bulan ke depan, ia
beserta mahasiswa PSPD
akan menjenguk ketiga
veteran yang dikunjungi
hari ini. “Dari ketiga
veteran ini, ada yang menderita darah
tinggi dan penyakit
lain yang memang
perlu dikontrol. Kami akan
memantau kesehatan
mereka hingga membaik,” tegasnya sembari
berjalan menuju tempat
pengobatan gratis. (Gita
Juniarti)