Reni Kusuma Wardhani (kiri) dan Reza Indragiri (kedua dari kanan) dalam acara seminar “Role of Micro Expression” di Auditorium Harun Nasution, Kamis (7/3) |
Dengan analisis micro expression, mendeteksi kebohongan seseorang melalui aspek
psikologis bukan lagi hal yang mustahil. Buktinya lewat kolaborasi bidang
psikologi dan forensik, investigasi ekspresi emosional singkat pada wajah
seseorang ini bahkan dapat melacak kebohongan serta kejanggalan dinamika psikologis
dalam raut wajah saksi ataupun tersangka saat proses penyidikan dan peradilan.
Hal ini dikatakan Reni Kusuma
Wardhani, Ketua Bidang Pengembangan Profesi Asosiasi Psikolog Forensik
Indonesia dalam seminar “Role of Micro Expression” yang diselenggarakan BEM
Psikologi di Auditorium Harun Nasution, Kamis (7/3). Menurutnya, telaah micro expression pada keterangan saksi
atau tersangka itu penting untuk proses penyidikan lanjutan. Ini terjadi
lantaran analisis micro expression
mencegah bias keterangan saksi yang berpeluang besar muncul dan mengaburkan
proses penyidikan.
Bias kesaksian memang dapat dipicu oleh
banyak hal. Reni memaparkan, bahkan proses penyidikan pun dapat memantik kaburnya
keterangan itu sendiri. Misalnya saja, ketika proses pemeriksaan dibarengi
unsur penyiksaan fisik baik secara terang-terangan maupun yang terselubung.
“Kondisi seseorang yang sedang dibawah tekanan sering memaksa orang untuk
membuat keterangan dan pengakuan palsu,” tegas Reni.
Untuk itulah, melalui teknik
wawancara investigasi terstruktur, analisis ekspresi mikro pada wajah ini dapat
menjadi salah satu alternatif mencegah bias atau palsunya keterangan yang
diungkapkan. Dengan mengobservasi mimik wajah serta respon gerakan seseorang
terhadap suatu kejadian atau pertanyaan, teknik ini cenderung tidak membuat
seseorang memiliki beban resiko apapun ketika membuat kesaksian.
Dalam pemanfaatannya, Reni
menuturkan, teknik psikologi forensik berupa investigasi micro expression sudah dipraktikan di banyak institusi hukum
seperti, KPK, kepolisian, kejaksaan, serta kehakiman. Bukan untuk memvonis
seseorang bersalah atau tidak hanya dengan pembacaan mimik wajah, namun teknik
ini digunakan untuk mengetahui langkah apa saja yang harus ditempuh untuk
penyelidikan selanjutnya.
Reni menambahkan, hingga saat ini, micro expression tidak mampu
menjebloskan seseorang ke penjara. Teknik ini merupakan alat bantu dan bukan
penentu satu-satunya. Jadi bila
analisisnya keliru, hal lainnya harus ditelusuri lebih lanjut karena dalam
penyidikan, teknik ini masih harus berkolaborasi dengan sejumlah
instrumen-instrumen lainnya.
“Hukum di Indonesia itu hukum postif
yang masih sangat mengandalkan keterangan dari kesaksian dan pengakuan,”
ujarnya.
Psikolog Forensik dan Pakar Micro Expression, Reza Indragiri dalam kesempatan yang sama pun menuturkan hal
senada. Menurutnya, meskipun micro expression
belum memiliki kekuatan memvonis, namun teknik ini membuat penyidik atau
investigator lebih cermat memperhatikan segala petunjuk dan kemungkinan yang
ada.
Reza menjelaskan, micro expression adalah salah satu alat
peneliti kejanggalan pada pola ekspresi yang dilakukan manusia. Untuk itu,
dengan kecermatan serta ketelitian, pola-pola ekspresi pada komunikasi verbal
ataupun nonverbal seseorang itu dapat dideteksi.
Membaca indikasi kejanggalan,
menurutnya, dapat dilakukan dengan menganalisis pola perubahan ekspresi wajah,
mata, gestur, leher, tangan dan bahkan situasi yang tengah dijalani. Pilihan
kata yang digunakan pun juga dapat menjadi salah satu indikator. Jadi, janggal
atau tidaknya ekspresi tidak dapat ditentukan begitu saja. “Untuk mengetahui
kejanggalan, kita harus dapat membaca pola-pola tertentu,” ujarnya.
Membandingkan pola ekspresi
seseorang merupakan cara yang juga dapat digunakan dalam analisis micro expression. Menurur Reza,
kesimpulan adanya kejanggalan pola ekspresi dapat dinilai dengan membandingkan
ekspresi dua orang atau lebih dalam sebuah keadaan yang sama. Atau juga dengan
membandingkan ekspresi seseorang dalam dua keadaan yang berbeda.
Lebih lanjut, Reza juga memaparkan,
menginterpretasikan ekspresi mikro seseorang itu memang sangat dibutuhkan
apalagi dalam bidang peardilan dan forensik. Ini terjadi lantaran, seorang
pembohong memang akan terlihat mengindikasikan sebuah pola yang berbeda ketika pembohong
tersebut sangat mengetahui bahwa yang dia utarakan memang kebohongan atau
ketika seseorang sadar bahwa berbohong adalah sebuah kesalahan.
Seorang
psikolog yang juga menjadi peserta seminar, Arfeminsantya Huzainal menuturkan,
teknik micro expression ini memang sangat
berguna di dalam banyak bidang yang mengandalkan teknik wawancara ataupun
wawancara investigasi. tidak hanya dalam bidang psikologi, jurnalis, dokter
atau psikolog anak, bahkan semua profesi pun menurutnya perlu menguasai teknik
analisis micro expression ini. (Adea
Fitriana)