Seorang pengunjung sedang melihat pameran foto bertajuk 'Encounters' di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki (TIM), Minggu (17-3) |
Lalu lalang kendaraan, deretan lampu
jalanan yang menyala teramat senja, motor-motor, mobil dan jembatan
penyeberangan menambah keramaian latar belakang potret yang diambil tahun 2010
di salah satu dinding ruangan.
Dalam foto tersebut nampak seorang
lelaki dewasa di tengah-tengah ibu kota Jakarta, ia berjalan tanpa alas kaki
dan pakaian, hanya bermodalkan daun-daun kering untuk menutupi kemaluannya.
Lelaki itu, seolah membiarkan badannya yang kokoh melawan dingin angin malam.
Foto karya Rony Zakaria, menceritakan
tentang kehidupan yang biasa ditemui di ibu kota. Selain itu, di dinding
lainnya dengan latar belakang siluet, terlihat seorang anak kecil empat tahun, berdiri
dengan naifnya mengenakan baju dan celana kekecilan menatap cahaya yang
menerobos pintu rumahnya dengan menggunakan teropong kecil.
Gambaran di atas menceritakan seorang
anak kecil yang menunggu kedatangan UFO dan para alien. Rony mengambilnya tahun
2007 silam, di Siem Reap, Cambodja. Selain itu, foto ini pun mencoba
menceritakan film yang berjudul “Close
Encounters of The Third Kinds” (1977) arahan sutradara Steven Spielberg. Yang
bercerita tentang perjumpaan insan manusia dengan segerombolan alien.
Dalam pameran yang berlangsung dari tanggal
15 hingga 23 maret ini, tak hanya menyajikan gambaran jalanan, Rony juga menyajikan
Foto kera yang berteriak, sorot lampu yang membelah malam, kucing dan cahaya
dikesenyapan padang, arsitektur ganjil dari pigura jendela bus kota, rupa pada
duri tajam kaktus, troli dan keceriaan masa belia, fashion Tarzan di
belantara gemerlap, taring dan lolongan panjang.
Bertempat di Galeri Cipta 3 Taman
Ismail Marzuki (TIM), Rony menjelaskan pameran foto yang mengusung tema Encounters
bukanlah foto jurnalistik. “Foto-foto yang diambil lebih ke persitiwa
perjalanan saya selama enam tahun, foto yang diambil juga nggak ada
perencanaan sama sekali. Seperti judulnya Encounters, perjumpaan yang
tidak direncanakan,” jelasnya, Minggu (17/3).
Dengan foto sebanyak 32 buah berkontras
hitam putih, Rony ingin mengajak pengunjungnya berimajinasi dengan hasil
karyanya tersebut. Ia sengaja tidak memberikan judul di setiap foto-fotonya dan
hanya mencantumkan keterangan tempat
serta tahun.
“Saya hanya ingin membagi apa yang saya
rasakan, jadi biarkan mereka bereksplorasi dengan apa yang mereka lihat,
tentunya meraka punya daya pandangan yang berbeda-beda,” jelas Rony saat
ditemui di tengah-tengah pameran.
Di dinding-dinding kaca lantai 1
tertempel rangkaian kata Rony Zakaria yang menjelaskan fotografi sebagai medium
yang paling ampuh untuk mengungkapkan suara hati. Selain itu, Rony menuturkan awal
mula perjalanan Ecounters dari siluet dan cahaya-cahaya yang menyelinap
imaji. Foto-foto yang diambilnya berdasarkan konten imajinatif, sinematografi,
filsafat dan sastra
Banyak pengunjung yang sekaligus para
pecinta fotografi tertarik untuk menyaksikan karya Rony. Sembari menikmati
foto-foto, salah satu mahasiswa Gunadarma, Aji Ramadhan mengungkapkan, pameran
ini sudah berhasil menyampaikan apa yang ada dalam gambar, meskipun dari setiap
foto tidak ada judulnya.
Kendati demikian, Aji sangat menyayangkan
tema hitam putih yang diambil. Baginya, tema tersebut menunjukkan sesuatu yang
suram dan gelap. “Saya nggak terlalu suka aja sama temanya,” tukasnya.
Di sisi lain, Abdul Malik yang juga
mahasiswa Fotografer Gunadarma mengaku, ia tertarik dengan pameran foto Rony.
Terutama foto orang gila yang telanjang. “Pasti cara pengambilannya susah tapi
mas Rony berhasil,” imbuhnya, Minggu (17/3). (Nurlaela)