Jakarta,
INSTITUT -
Para ibu seringkali memarahi anaknya jika sang anak main kotor-kotoran. Tentu,
para ibu khawatir anaknya sakit. Padahal, kalau dicermati betul, noda yang
tercipta dari anak-anak yang bermain kotoran sesungguhnya menyimpan makna
penting.
Kebermakanaan noda coba disuguhkan perempuan
cantik bernama Fira Basuki, melalui buku
berisi 42 kisah inspirasi jiwa yang ditulisnya selama 3 bulan. Fira ingin
memperlihatkan bahwa noda adalah sesuatu yang wajar dialami dirinya berdasarkan
keseharian yang dijalani yang bisa membuat anak-anak melakukan berbagai postif,
luar biasa, dan menakjubkan.
“Kisah-kisah dalam Cerita di Balik Noda ini
seolah menyadarkan kita betapa anak-anak adalah sumber kebijaksanaan hidup yang
tak pernah kering jika kita mau melihatnya dengan cinta. Kenakalan mereka
adalah kilau emas, dan kepolosan mereka adalah mentari pagi yang menghangatkan
jiwa,” ujar Fira (31/1) di Cafe Kembang Goela, Plaza Central, Jakarta.
Dari 42 cerita inspirasi jiwa ini, 38 di antaranya
terilhami oleh cerita Ibu Indonesia. Fira juga menambahkan empat kisah
terinspirasi dari pengalaman pribadinya. Buku karya Fira yang ke-27 ini
diluncurkan untuk menjadi salah satu medium bagi para ibu dalam memahami dan menyadari
bahwa anak-anak dapat melakukan hal postif, meskipun saat melakukannya pakaian
mereka menjadi kotor.
Sependapat dengan Fira, psikolog keluarga,
Sani B. Hermawan juga merasakan pentingnya membiarkan anak mengeksplorasi
dunianya dengan leluasa. Saat anak menjelajahi lingkungan sekitarnya, noda
adalah salah satu hal yang tak bisa dihindari. Noda bisa berasal dari cat,
pasir, tanah, maupun lumpur sekalipun.
“Kita sebagai ibu memiliki peranan penting
untuk melihat apa yang anak coba lakukan, dan pelajaran apa yang mereka
dapatkan,” ucap Sani.
Dengan diberi kebebasan bereksplorasi di
lingkungan dan alam, dapat membantu pembentukan nilai-nilai karakter pada anak,
menumbuhkan rasa percaya diri dan pada akhirnya membantu mereka mencapai tahap
perkembangan mental dan fisiknya seorang anak secara optimal.
Sebagai penulis, Fira percaya buku ini dapat menginspirasi
pembacanya, tak hanya para ibu, tapi juga calon ibu, calon ayah, calon istri,
bahkan calon suami. “Dalam buku ini juga mengisahkan tentang rasa hormat kakak
kepada adik, jadi bisa dibaca segala tingkat sosial seseorang,” paparnya.
Fira yang belum lama ditinggal pergi sang
suami untuk selama-lamanya ini juga menyisipkan cerita tentang bapak dari dua
anaknya. Kenangan tentang peran suaminya dalam komunikasi rumah tangga mereka
tertuang dalam cerita berjudul “Sarung Ayah”. (Ema Fitriyani)