Idealnya, seseorang yang lulus dari perguruan tinggi mampu
menciptakan lapangan pekerjaan. Namun, faktanya ribuan penggangguran justru
berasal dari yang bergelar sarjana. Itu terjadi karena mayoritas mahasiswa tidak
menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanannya.
Hal tersebut diungkapkan oleh
Abdulhaque Albantanie, pembicara dalam seminar “Tujuh Keajaiban Rezeki” yang
diselanggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
bekerja sama dengan New Born Legend (NBL).
Abdul menjelaskan, golongan
kanan, sebutan bagi mereka yang mengoptimakan otak kanan, lebih kreatif
dibanding golongan kiri. “Oleh karena itu, kebanyakan mahasiswa yang
bergolongan kanan, selain belajar juga berbisnis,” katanya, Rabu (12/12).
Otak kanan bersifat fleksibel,
lanjut Abdul. Mahasiswa golongan kanan tidak akan diam pada satu hal. Artinya,
mahasiswa golongan kanan tidak berpikir bahwa bisnis hanya untuk yang di
jurusan bisnis. “Buktinya banyak pimpinan-pimpinan perusahaan besar bukan
lulusan dari jurusan bisnis,” imbuhnya.
Ia menambahkan, golongan kanan
juga memiliki sifat imaginatif. Orang-orang golongan kanan percaya, setiap
orang memiliki potensi besar dalam dirinya. Mereka juga yakin setiap orang
adalah pemenang.
Abdul
mengatakan, otak kanan pun memiliki sifat other-centric. Maksudnya,
orang golongan kanan lebih suka mendahulukan orang lain ketimbang dirinya
sendiri. “Jadi, pebisnis golongan kanan akan berpikir, kalau saya kaya, maka
orang lain juga harus kaya,” katanya.
Menurut Abdul, golongan kanan
tidak pernah takut akan merugi jika berbagi dengan orang lain. Golongan kanan
justru yakin berbagi merupakan salah satu pelumas dalam berbisnis. “Contohnya
Bill Gates. Setiap bulan ia mendonasikan 50% omzet bisnisnya untuk
disumbangkan. Buktinya, sampai sekarang ia tidak bangkrut,” tutur Abdul.
Selain
itu, Abdul memberi rumus untuk berbisnis. Rumus itu ia namakan apes. Apes
adalah akronim dariaction, pusing, evaluasi dan sukses. Ia memaparkan,
orang golongan kanan tidak akan berpikir terlalu lama ketika akan memulai
berbisnis. Tetapi, langsung beraksi walaupun semua orang mempunyai jatah
kegagalan. “Teruslah beraksi hingga jatah kegagalan habis,” tambahnya.
Semua pebisnis, bahkan pengusaha
besar, pasti akan merasa pusing memikirkan bisnisnya. Namun, pusing orang
golongan kanan akan dibarengi dengan action. Sehingga, masalah yang mereka
hadapi sedikit demi sedikit terselesaikan.
Orang golongan kanan juga rajin
mengevaluasi diri dan bisnisnya. Dengan begitu, ia terus memperbaiki setiap
kesalahan dalam diri dan bisnisnya, sehingga kesuksesan akan mudah diraih.
Seminar yang diadakan di ruang
teater lantai dasar Fakultas Psikologi ini disambut baik oleh Faoziah,
Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan
Matematika. Ia mengatakan, seminar ini memberinya banyak ilmu untuk mulai
berbisnis. “Jadi tahu pengusaha yang baik itu seperti apa,” imbuhnya, Rabu
(12/12).
Senada dengan Faoziah, Mika
Agusrianti yang juga mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika menuturkan, selain
memberi banyak ilmu, seminar ini juga dikemas secara menarik. “Pembicaranya
buat kita pengen langsung action,” katanya (Siti Ulfah
Nurjanah)