![]() |
Mahasiswi sedang memakai mukena Gerakan Mukena Bersih
(GMB)
|
Gita Saraswati,
pendiri GMB menuturkan, gerakan nonkomersil ini terlahir dari keprihatinan Gita
beserta beberapa rekannya terhadap keadaan mukena yang sangat kotor di tempat
umum serta keinginannya untuk mengkoordinir bagaimana pengupayaan mukena bersih
ini dapat berjalan sistematis.
“Indonesia
mayoritas dinaungi oleh umat Muslim, namun kotornya mukena di tempat umum ini
terlihat mencerminkan kurangnya kepedulian umat Muslim dalam mengikuti syariat.
Oleh sebab itu, saya rasa perlu sebuah mekanisme dan sistem untuk mengupayakan
kebersihan mukena ini agar di tempat umum pun kita tetap menerapkan syari’at,”
ujar Gita.
Gita
menuturkan, dalam kesibukan rutinitas kehidupan, rasanya saat ini hampir setiap
hari sejumlah umat Muslim melaksanakan minimal tiga waktu salatnya
di luar rumah. Namun, dapat terbayangkan, dengan kesibukan itu, betapa wanita
terpaksa menggunakan mukena kotor yang ada di tempat umum berulang kali dalam
sehari.
Menurutnya
selama ini, kesadaran individual untuk mengupayakan kebersihan mukena, dengan
keinginan untuk mencuci mukena di tempat umum, telah muncul di benak banyak
orang. Namun, Gita menambahkan, untuk mengoptimalisasi keinginan banyak
individu ini, ia beserta beberapa rekannya merasa perlu merumuskan sebuah
mekanisme yang mengatasi masalah tersebut.
Pada
tahap awal, GMB mengadakan kegiatan fund-rising (pengumpulan sumbangan dari
para donatur). Setelah itu, dana yang didapatkan melalui hasil sumbangan umat
tersebut akan digelontorkan untuk memproduksi mukena dengan standar dan
spesifikasi yang terseleksi oleh GMB.
Tidak
hanya dana, GMB pun menerima sumbangan berupa kain ataupun mukena yang memenuhi
spesifiksi GMB, yakni kain atau mukena yang berbahan katun serta berwarna
pastel. Kemudian, mukena yang diproduksi lantas akan menjadi sebuah paket
mukena yang akan diberikan kepada para relawan yang telah mendaftar.
Setelah
mukena diproduksi, mereka pun melaksanakan program pemeliharaan mukena bercap
GMB di sejumlah tempat umum oleh para relawan. Gita menuturkan, seorang relawan
akan mendapat satu paket mukena GMB yang berisikan 4 unit mukena secara
cuma-cuma.
Setiap
relawan hanya diberikan amanah untuk merawat mukena-mukena tersebut
minimal satu kali dalam seminggu melalui kocek pribadi. Sebagai relawan, mereka
juga diberikan kebebasan untuk memilih tempat umum yang akan diberikan paket
mukena, sehingga mereka dapat mengukur kemampuannya untuk melakukan
pemeliharaan.
“Mukena
GMB bukan untuk diperjualbelikan. Saya kira untuk beramal tidak harus selalu
berbentuk uang. Namun, GMB menekankan pelayanan ikhlas tanpa rasa ingin dilihat
siapapun dan tanpa pamrih kepada umat. Kami hanya berupaya mempromosikan serta
mengaplikasikan Islam dalam kehidupan di dunia,” ujar Gita.
Hingga
kini dengan beranggotakan relawan pria dan wanita, GMB telah memiliki sekitar
600 relawan yang tersebar di 42 kota. Mengawali langkahnya hingga kini, GMB
menyebarluaskan program GMB ini melalui pengajian-pengajian. Meskipun
sempat mejumpai fase jatuh bangun di tengah tahun pertama awal pembentukannya,
Gita menuturkan bila kini ia telah menemukan formula yang tepat untuk
menjalankan program ini.
Gita
mengatakan, GMB merupakan sebuah kelompok yang memiliki visi yang sama. Selain
dua, kegiatan utama, para relawan juga seringkali megadakan tausiyah, ESQ
training, atau acara lainnya yang diadakan secara berkala untuk mempererat
silaturahmi.