![]() |
Addie MS dan Twilite String Orchestra dalam acara Mini Orchestra with Addie MS di @america, Pasific Place, Jum_at (23/1) |
“We want more, we want more, we want more! Mas
Addie, ulang lagi dari awal mas!”
Seruan-seruan
itu tak henti-hentinya membahana di seluruh ruangan usai Addie MS menghentakkan
baton, tongkat kecil yang digunakan konduktor, terakhir tanda pertunjukan orkestra
telah selesai. Seolah tidak ingin malam itu berakhir, sejumlah penonton sambil
terus memberikan standing applause, terus
saja menyerukan, “Ini baru jam setengah sembilan mas, we want more!”
Malam itu,
konser mini orkestra bertajuk “Mini
Orchestra with Addie MS” di @america, Pacific Place, Jakarta Selatan memang
berakhir setengah jam lebih awal dari jadwal pukul 21.00 WIB. Keceriaan lagu klasik berjudul Plink, Plank, Plunk karya komponis Amerika, Leroy Anderson menjadi lagu terakhir yang mengiringi
si konduktor kenamaan, Addie MS, menutup konser malam itu.
Classical night yang digelar pada Jum’at
(25/01) malam itu memang terasa sangat cepat berlalu. Tanpa disadari, dalam
waktu satu setengah jam, delapan lagu karya delapan komponis klasik kenamaan
asal Amerika telah habis dibawakan. Bersama delapan belas musisi Twilite String
Orchestra, Addie MS berhasil membawakan lagu klasik itu secara instrumental dengan
nuansa yang anggun dan indah, namun tetap asyik didengar.
Sepanjang
pagelaran mini orkestra itu berlangsung, hampir semua pengunjung nampak larut
di dalamnya. Banyak dari mereka yang tak segan-segan untuk mengayun-ayunkan
kepala, menghentakkan tangan bahkan kaki mereka sesuai alunan nada yang
mengalir. Bahkan, beberapa pengunjung pun tanpa sadar juga terlihat menggerakkan
kepalanya sesuai ayunan tangan Addie MS, sang konduktor orkestra.
“Kita
berusaha maksimal untuk memainkan musik klasik ini dengan sesempurna mungkin.
Kualitas musik klasik tetap dipertahankan, namun dalam pengemasan, musik kamar ini pun sebenarnya dapat
dikemas dalam bentuk-bentuk yang lebih bersahabat. Tidak melulu harus serius dan
formal, yang penting enjoy the music,”
ujar Addie MS saat ditemui usai konser.
Dengan ramah, Addie MS menjelaskan,
musik klasik memang musik eropa yang identik dengan pertunjukan elegan, menggunakan dress-code formal, harga tiket yang
mahal, serta diselenggarakan di gedung-gedung mewah. Namun kini, banyak negara
yang telah mengubah penyajian musik klasik ke gaya yang lebih menyenangkan. “Inilah
pendekatan yang juga saya gunakan dalam bermain musik klasik. Kalau bisa
kekakuan itu nggak ada,” tambah Addie
MS.
Addie MS melihat penyajian yang menyenangkan
dapat membuat musik klasik lebih dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat,
utamanya anak muda. Dengan begitu,
musik klasik tetap eksis dan tidak punah dimakan zaman.
Selama acara berlangsung, gelak tawa dari
sejumlah penonton tak luput sesekali mewarnai ruangan saat Addie MS dan
sejumlah musisinya melakukan beberapa manuver dalam permainan orkestranya. Sejumlah
ice-breaking pun juga disisipkan oleh
Addie MS setiap usai membawakan sebuah lagu.
Oleh
Twilite String Orchestra, biola, selo dan kontrabass dipetik sehingga
menghasilkan nada-nada instrumental lagu klasik indah nan riang. Kemasan
lagu-lagu klasik malam itu indah, namun tetap tak menghilangkan kualitas musik
klasik.
Hari itu,
tak kurang dari 580 orang memenuhi ruangan @america. 380 orang diantaranya berada
di dalam hall dan sisanya harus rela
menonton di luar hall melalui layar
besar yang disediakan penyelenggara. Meski begitu, antusiasme pengunjung tidak
surut. Muda, tua, bahkan anak-anak kecil pun terlihat tetap sangat menikmati
pertunjukan.
Ade Sukoco
selaku Panitia Penyelenggara mengatakan, jumlah pengunjung malam ini merupakan
jumlah pengunjung terbanyak selama dua tahun @america mengadakan acara. Menurutnya,
ini merupakan konser kedua yang pernah digelar oleh Addie MS. “Ini merupakan
acara harian @america. Bila selama ini pop, rock atau jazz. Dengan klasik, kami
ingin tampil sedikit berbeda,” ujar Ade.
Biaya
masuk konser yang gratis, serta pengunjung yang menggunakan pakaian semi formal
atau bahkan casual membuat konser klasik ini terasa berbeda. Hal tersebut
dibenarkan salah satu pengunjung, Ayu Subagyo. Mahasiswi Swiss-German University
ini mengatakan, malam itu merupakan kali pertamanya menonton sebuah konser
klasik yang dihadiri banyak sekali pengunjung.
“Acara
malam ini keren. Jujur, saya tidak pernah melihat konser musik klasik dengan
antusiasme penonton sebanyak ini. Orang-orang yang datang juga tidak seperti
biasanya, mereka terlihat mengapresiasi
konser klasik ini,” ujar Ayu.
Salah satu
penggemar Addie MS ini mengatakan, ia memang pengagum musik klasik yang
dibawakan secara instrumental. Menurutnya, musik klasik dapat menyeimbangkan
kemampuan otak kiri dan kanan, utamanya untuk para pemain. “Karena pakai not
balok, pemain harus dapat membagi konsentrasi untuk membaca, menghitung
ketukan, dan tentunya memainkan alat musiknya,” tandas Ayu. (Adea Fitriana)