Judul
buku: Tuhan pun “Berpuasa”
Penulis:
Emha Ainun Nadjib
Penerbit:
Kompas, Juni 2012
Tebal
buku: 236 Halaman
ISBN:
978-979-709-656-4
Harga:
Rp 40.000
“Allah sendiri memberi contoh-contoh
dahsyat dan luar biasa soal mengendalikan diri. Dengan amat setia Allah
menerbitkan matahari tanpa peduli apakah kita pernah mensyukuri tebitnya
matahari atau tidak,”(Emha Ainun Nadjib: hal 49).
Demikianlah
salah satu interpretasi bentuk cinta Allah kepada umat-Nya menurut Cak Nun,
sapaan karib Emha Ainun Nadjib. Dalam bukunya Tuhan pun “Berpuasa”, cinta-Nya
kepada umat manusia itu ditunjukkan dalam kegiatan “berpuasa”.
Dengan tidak bermaksud untuk menyerupakan dengan
makhluk-Nya, Cak Nun hanya ingin menekankan betapa Allah secara langsung
memberikan teladan kepada kita, esensi dari berpuasa sebagai rukun Islam ke-3,
yakni menahan dan mengendalikan diri.
Lebih
lanjut, ia menjelaskan beberapa makna dari berpuasa-Nya. Pertama, sikap Allah
menunjukkan rasa cinta dan romantisme bukan kekuasaan atau hukum. Ini berarti
Allah tidak mengambil laba dari puasa manusia, melainkan Allah menekankan
betapa menguntungkannya ibadah puasa bagi diri manusia itu sendiri.
Kedua,
dengan ‘berpuasa’, Allah menunjukkan bahwa Islam merupakan agama
pembebasan atau penyelamatan. Puasa menjadi metode yang paling praktis, tapi
mendasar bagi proses pembebasan dan penyelamatan manusia atas dirinya sendiri
Ketiga,
Allah juga menunjukkan kepada manusia bahwa puasa merupakan sebuah kegiatan
mengendalikan dan menahan diri dari segala hawa nafsu. Itu merupakan prinsip
dasar untuk menjalankan hidup.
Allah
sendiri “berpuasa”. kalau tidak, kita sudah dilenyapkan oleh-Nya hari ini,
karena sangat banyak alasan rasional untuk itu.” (Emha Ainun Nadjib: 52)
Tuhan
pun Berpuasa merupakan salah satu dari 43 Essay karya Cak Nun yang diterbitkan
Kompas dalam bentuk buku. Secara keseluruhan, tulisan-tulisan dalam buku ini
memang berbicara tentang nilai-nilai di balik ibadah puasa, mulai dari nilai
spiritual, nilai-nilai sosial budaya, hingga nilai pengasahan dan pengembangan
kualitas personal manusia.
Buku
ini terdiri dari empat bab, yang mana di dalamnya terdapat banyak sub-sub bab.
Bab pertama membahas tentang Asas Maslahat Muddarat. Bab kedua membahas tentang
Takabur dan Uswatun Hasanah. Di dalam bab ketiga membahas mengenai Dunia
Akhirat. Dan bab terakhir, bab empat membahas tentang Penyucian Rohani.
Ada sedikit kekurangan dari buku ini, ada beberapa
penggalan kata yang sulit dimengerti karena banyak menggunakan bahasa Jawa
karena tidak semua pembaca akan memahami maksudnya. Misalnya pada kalimat … agar dukdheng dan sektimandraguna,
engkau dianjurkan berpuasa dulu. (hal 7). Sebaiknya diberi makna ataupun
padanan katanya, agar dipahami semua pembaca dari berbagai suku.
Dengan
membaca buku ini, diharapkan bisa memahami apa makna puasa yang sebenarnya di
mata Sang pencipta. Bahwa puasa adalah sebuah kedisiplinan yang diperlukan oleh
manusia dalam kehidupannya sehari-hari, baik ketika mengurusi masalah kecil di
rumah tangganya maupun masalah besar dalam masyarakat, negara dan dunianya. (Nurmalisa)