UIN Jakarta, INSTITUT- Menulis fiksi itu lebih menarik jika, kisah yang disajikan dekat dengan lingkungan. Misalnya, menulis tentang kejadian sehari-hari yang kita alami, mulai dari kejadian lucu hingga sedih bisa diungkapkan dalam tulisan.
Begitulah yang dikatakan oleh Boim Lebon, pembicara dalam seminar penulisan yang diselenggarakan di Aula Student Center (SC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara yang cukup meriah ini, diselenggarakan Forum Lingkar Pena (FLP) Sabtu, (30/9).
Sebagai salah satu novelis ternama, Boim juga banyak bercerita tentang pengalaman lucunya saat mengarang novel. Sebagian besar cerita yang dikarang Boim terinspirasi dari kehidupan sehari-harinya.
Seperti novel “Lupus”, salah satu karyanya yang cukup fenomenal pada tahun 80-an. Cerita di dalamnya banyak diadaptasi dari keseharian Boim. Karakter tokoh yang ada juga diambil dari karakter teman-temannya.
Dalam novel “Lupus”, Boim dan Gusur merupakan hasil adaptasi dari figur asli Boim dan teman-temannya. Sama halnya dengan Lupus sendiri yang diadaptasi dari sosok Hilman Hariwijaya, pengarangnya.
Boim mengatakan, untuk menghasilkan cerita yang bagus, penulis harus mampu menciptakan karakter tokoh yang kuat dan unik. “Kalau karakter dari setiap tokohnya sudah unik dan kuat, alur ceritanya juga akan menarik untuk dibaca,” ucapnya.
Karakter tokoh yang dibuat Boim, sama seperti sifat asli orang-orang terdekatnya. “Jika ada figur asli dari tokoh yang kita buat, maka karakter tokoh dalam cerita kita pun akan kuat,” tuturnya.Terutama dalam menulis cerita humor, Boim menjelaskan, mengadaptasi karakter dapat mempermudah proses penulisan.
Ia menambahkan, untuk menciptakan tokoh cerita, terlebih dahulu ia melakukan survey, dengan cara berkunjung ke rumah teman-temannya. Di sepanjang perjalanan, ia dapat menemukan orang berkarakter unik untuk cerita yang akan dibuat.
Pencarian figur asli dari karakter tokoh yang akan kita buat akan mempermudah proses kita menulis.Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah alur cerita yang akan kita buat. Sebelum menulis dan mencari tokoh, penulis harus mempunyai gambaran tentang ceritanya, “Ya setidaknya garis besar cerita yang ingin dibuat sudah ada, walaupun hanya dalam otak,” katanya.
Salah satu panitia, Dewi Tunjung Sari menyatakan, ia senang melihat antusias peserta yang sangat bagus saat seminar berlangsung. “Bang Boim orangnya seru, jadi seminarnya asik,” tuturnya.
Senada dengan Dewi, Jamil Abdul Aziz, peserta seminar juga menyatakan hal yang sama. “Acaranya asik sekali, setiap Bang Boim bercerita tentang kesehariannya membuat saya senang dan bersemangat,” tutur Jamil. Bang Boim telah membuatnya terinspirasi dan termotivasi untuk terjun ke dunia literari. (Nida Ilyas)