Alunan
irama angklung menggema indah di lantai tiga Pasaraya Blok M Jakarta. Di sebuah
ruang workshop, tampak beberapa Awak Ruang, sebutan bagi para anggota Rumah
Angklung, sedang asyik berlatih memainkan instrumen dari bambu tersebut.
Rumah Angklung merupakan wadah bagi para penggemar instrumen
khas Jawa Barat ini. Arny Dulishaputri, Head of Marketing and Communication
Rumah Angklung bertutur, hadirnya komunitas ini dimaknai sebagai rumah atau
media bagi pecinta instrumen khas Jawa Barat tersebut untuk mendapatkan
informasi, solusi, bahkan memproduksi angklung sendiri.
Wanita yang akrab disapa Putri ini
bercerita, langkah para Awak Ruang berawal dari latihan rutin setiap
Sabtu yang dipimpin oleh Ketua Rumah Angklung Arif Sarifudin yang telah
bergelut dalam dunia musik angklung sejak 15 tahun lalu.
Berbekal
gagasannya dan Arif, muncul harapan besar dan keseriusan dalam membentuk sebuah
komunitas musik angklung. Putri mengatakan, ia dan komunitas ini ingin
menjadikan angklung sebagai suatu kebanggaan hingga menjadi satu gengsi bagi
para penikmatnya, terutama kalangan muda. “Saat ini masih banyak kalangan muda
yang belum benar-benar tahu apa sebenarnya alat musik angklung,” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, ia bercita-cita kelak Rumah Angklung
dapat menjadi rumah bagi komunitas-komunitas Angklung di Jakarta, Indonesia,
bahkan di seluruh dunia. “Hal ini bertujuan agar para
penggemar musik angklung dapat saling bertukar pikiran, dan menjadi satu
pengaruh dalam pengembangan angklung di dunia,” ujar Putri.
Kini,
tak hanya berlatih dan mengembangkan diri, para Awak Ruang Rumah Angklung pun
sering mempromosikan musik angklung dengan tampil dalam berbagai acara nasional
dan internasional, salah satunya sebagai perwakilan BP Migas dalam Pertemuan Seluruh
Perusahaan Migas se-Indonesia, Pagelaran Seni dan Budaya Betawi, dan sebagai
perwakilan dari Lions Club Indonesia dalam Festival Lions Club International di
Korea Utara.
Menyandang
slogan When Culture Becomes a Pride, Rumah Angklung ini menginginkan kebudayaan
Indonesia khususnya angklung dapat menjadi suatu produk budaya yang dapat
dibanggakan dan membanggakan. Putri pun berharap agar kalangan muda dapat turut
serta menyebarkan 'virus' angklung dan menjadikannya sebagai suatu kebanggan
tersendiri. “Make When Culture Becomes a Pride, as reality,” ujarnya. (Gita
Nawangsari)