Eksistensi koperasi tak dapat dilepaskan dari sejarah panjang sebuah gerakan perubahan sosial (social change movement) melawan pemerasan, kebodohan, kemiskinan, dominasi, persaingan bebas, dan berbagai bentuk eksploitasi kemanusiaan lainnya.
Hal itu diutarakan oleh Direktur Lembaga Studi Pengembangan Koperasi Indonesia, Suroto, dalam acara Seminar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia yang diadakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa (Kopma) di Aula Student Center Selasa (25/9). Acara tersebut juga dihadiri Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rudi Susyeto, dan Wakil Ketua Dewan Koperasi Indonesia 2010, Khofifah Indar Prawangsa.
Suroto mengatakan, koperasi merupakan organisasi yang berlandaskan pada prinsip yang jelas. Kuncinya adalah kerjasama, bagi si kaya maupun si miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan. Tapi koperasi sudah tentu menolak segala bentuk ekspolitasi, penindasan, pembodohan, pemelaratan, “Kezaliman adalah musuh abadi koperasi,” ujarnya.
Sebagai bangunan mikro organisasi, koperasi merupakan bangunan perusahaan yang futuristik. Hasilnya dibagi secara adil dan merata. “Koperasi lebih mengedepankan kemandirian dan kemanusiaan. Namun di Indonesia koperasi dijadikan objek usaha, ketua untung duluan,” ujar Suroto.
Menurut Suroto, koperasi dapat menjadikan kehidupan lebih baik. Namun Ia menyayangkan pemerintah tidak mendukung kegiatan koperasi sepenuhnya. Ia berharap mahasiswa dapat memberikan konsep pembangunan dan pengembangan koperasi, ia juga menyarankan mahasiswa untuk tidak mengandalkan teori saja tapi analisa realita masyarakat. “Turun langsung ke masyarakat,” tegasnya.
Koperasi dan angka kemiskinan
Rudi Susyeto menjelaskan, pada Mei 2012, jumlah koperasi Indonesia meningkat dari 188.181 menjadi 192.443. Begitu pun jumlah anggota koperasi yang juga mengalami peningkatan, dari semula 30.849.913 naik menjadi 33.687.417 pada Mei 2012.
Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 55,21 juta unit atau sekitar 99,99% dari jumlah pelaku usaha yang beroperasi di Indonesia. Bagian terbesar pelaku usaha ini adalah usaha mikro yang mencapai 54,6 juta unit, “Sisanya adalah usaha kecil sebanyak 602.195 dan menengah sebanyak 44.280 unit,” tutur Rudi.
Sementara itu, Khofifah Indar Prawangsa mengatakan jumlah koperasi dan UMKM meningkat angka kemiskinan juga semakin besar yaitu 13,3% dari 237 juta jiwa atau setara dengan 31,5 juta jiwa “Lebih besar dari seluruh penduduk Malaysia,” ujar Khofifah.
Khofifah juga menanyakan, mengapa negara yang sangat besar dan kaya ini masih mengimpor kedelai, jagung, beras, garam, daging, sapi, dan gandum dalam jumlah yang sangat besar? Khofifah menyayangkan sikap pemerintah yang acuh kepada koperasi, “Jika mereka pro, harusnya beras miskin (Raskin) dialihkan ke koperasi,” katanya.
Di samping itu, Ketua UKM KopmaYogatama mengatakan, tujuan acara ini untuk edukasi sekaligus memperkenalkan koperasi kepada mahasiswa. Karena menurutnya, perkembangan koperasi di Indonesia tidak terlalu diekspos oleh media. selain itu, partisipasi pemuda mengikuti kopersai masih nihil “Malah ada yang tidak tahu apa itu koperasi,” ujarnya. (Sayid Muarief)