Dewasa
ini kegiatan fotografi kian diminati oleh masyarakat. Baik dari individu maupun
kelompok. Hal itu disampaikan Fahmi Mubarok, ketua pelaksana seminar World
Press Photo (WPP). Namun dalam hal ini, tingginya peminat fotografi tidak
berbanding dengan tingginya tingkat pemahaman mereka tantang fotografi.
Hal
tersebut, membuat Komunitas Mahasiswa Fotografi (KMF) Kalacitra menggelar
seminar bertajuk WPP di Aula madya, Senin (17/9). Seminar yang diadakan
untuk memperingati hari jadi KMF Kalacitara ke-11 itu, menghadirkan
Beawiharta, Fotografer Reuters dan Agung Rajasa, fotografer harian ANTARA,
sebagai pembicara.
Seminar
yang dimoderatori Didik Setiawan, ketua KMF Kalacitra, diawali oleh Beawiharta.
Ia memaparkan berbagai hasil foto yang dijuarai beberapa pemenang ajang
fotografi internasional WPP. Bagi Bea, mengambil gambar melalui lensa kamera
tidaklah mudah, “Apalagi untuk menjuarai suatu kompetisi yang diakui dunia,”
paparnya
Ia menambahkan, seorang fotografer harus memiliki kecerdasan, agar foto
yang dihasilkan berkualitas. menurutnya, syarat tersebut dinilai sangat
penting, karena para juri WPP akan melihat foto yang memiliki cara berbeda
dalam memvisualisasikan.
Bea
menerangkan, untuk mendapatkan foto yang cerdas, seorang fotografer harus terus
melatih kemampuannya. Ia menganalogikan seperti pemain sepak bola yang harus
terus berlatih sebelum bertanding, agar bisa bermain dengan baik. sama halnya
dengan fotografer, mereka harus terus melatih kemampuannya sebelum ‘bertanding’
untuk menghasilkan foto yang baik.
Sementara itu, Agung Rajasa, memberikan tips kepada peserta seminar,
fotografer atau pewarta foto harus selalu hadir di setiap peristiwa, karena di
sana banyak momen penting yang harus ditangkap, “Pewarta foto juga harus cepat
tanggap dalam mereaksi dan menunggu momen, karena momen tidak bisa diulang
kembali,” tegasnya.
Dalam
hal ini, Bea pun setuju bahwa momen dalam sebuah peristiwa sangatlah penting.
“Bahkan, seorang fotografer rela tidak makan hanya demi menunggu sebuah momen,”
tuturnya sambil tersenyum di depan para peserta seminar WPP.
Agung
menambahkan, saat proses mengambil gambar, jangan biarkan subjek yang akan
difoto menyadari keberadaan pewarta foto. Pewarta foto harus menjaga jarak agar
subjek foto bisa menyatu dengan lingkungan sekitar. “Itulah foto yang natural.
Jadi, keberadaaan pewarta foto antara ada dan tiada,” ucapnya.
Selain
itu, menurut Bea ada tiga faktor yang bisa menghasilkan foto yang bagus.
“Pertama, adalah teknis. Alat dan cara pemakaian menjadi salah satu faktor.
Kedua, pengamatan yang baik, dan yang terakhir adalah diri kita sendiri yakni
mengolah emosi dalam pengambilan gambar,” Jelasnya.
Seminar
WPP disambut baik oleh para peserta, salah satunya, Baitsatul Hasanah.
Pasalnya, ia baru pertama kali menghadiri seminar fotografi. “Seminar ini
sangat bagus. Saya jadi banyak tahu tentang fotografi. Materi disampaikan oleh
orang-orang yang memiliki kapabilitas dan pengalaman dibidangnya,” ujar
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM), Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). (Nur Azizah)