Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) menyelenggarakan launching dan bedah buku
berjudul Ithaf al-Dhaki, dengan tema “Tafsir Wahdatul Wujud bagi Muslim
Nusantara Jaya.” Selasa (18/9).
Acara itu diadakan dalam rangka
memperkenalkan buku yang berintelektual muslim dunia Timur Tengah dengan
intelektual muslim nusantara. Bedah buku ini bertempat di Aula Student Center
(SC).
Acara yang berlangsung sejak pukul
09.00-12.00 Wib, menghadirkan tiga pembicara, yaitu Oman Fathurrahman, penulis,
dan dua narasumber, Azyumardi Azra direktur sekolah pasca sarjana UIN, dan
Husain Muhammad sebagai pegiat Islam progresif.
Buku ini merupakan hasil karya dari
seorang sufi besar Syekh Ibrahim al-Kurani (1616-1690). Dalam penyampaiannya,
Syekh al-Kurani menyebutkan beberapa sumber yang menyatakan bahwa setiap
ayat Al-Qur’an mengandung makna lahir, batin, had, dan mathla.
Dalam buku ini, Oman menyampaikan
isi buku karya syeikh al-Kurani, seperti al-Kurani yang mendamaikan dua kutub
ekstrim pemikiran dan masalah keagamaan: tubuh versus ruh, eksetorisme versus
ekoterisme, atau dalam bahasa pesantren antara Syari’ah versus Haqiqat, Fiqh
versus Tasawuf, Ahl al-Hadits versus Ahl al-Ra’y.
Kini dengan karyanya, Oman sudah
berhasil menghadirkan buku manuskrip dengan format yang menarik untuk dibaca.
Kehadiran buku ini pun menjadi semakin penting dalam konteks keberagaman
masyarakat muslim khususnya Indonesia yang tengah diliputi berbagai konflik.
Oman menambahkan, nilai-nilai yang
diangkat dari buku ini adalah nilai pluralisme beragama. Ia pun menyarankan
kepada khalayak, ketika membaca buku Ithaf al-Dhaki, harus secara menyeluruh
agar pesan yang diberikan sampai kepada pembaca.
Husain menuturkan, dalam hal ini ia
sangat mengapresiasi karya serta usaha Oman yang begitu tekun mencari sejumlah
manuskrip. Dalam karyanya, Oman pun berusaha menyidik, menerjemahkan, lalu
mempersembahkan bukunya kepada khalayak.
Menurut Husain, buku ini telah lama
dirindukan negeri ini. Baginya, buku ini memberikan sumbangan yang sangat
berharga bagi pembentukkan tradisi keilmuan dan keberagamaan Islam di
Nusantara.
Ervan Nurtawab, salah satu peserta
bedah buku mengatakan, karya Oman patut dihargai dan diapresiasi, karena buku
yang berjudul Ithaf al-Dhaki, termasuk buku yang berisi bahwa muslim Asia
Tenggara mempunyai hubungan keagamaan yang kuat dengan muslim di Timur Tengah.
“Buku Ithaf al-Dhaki ini memberikan nilai yang mengangkat aspek toleransi,
yaitu bertoleran kepada khalayak yang tidak paham akan keberagamaan.” Papar
salah satu peserta.
Oman menghimbau agar mahasiswa
semakin sadar bahwa buku ini menjelaskan tentang filologi yang penting sebagai
sebuah metode untuk mengkaji aspek-aspek ilmu yang telah ada. Ia pun
menegaskan, banyak orang yang tidak menyukai keilmuan filologi membuatnya
merasa termotivasi untuk memberikan sesuatu yang berbeda. “Saya berharap
mahasiswa bisa terbuka matanya bahwa kita bisa memberikan kontribusi penting
melalui filologi,” ujarnya, Selasa (18/9).(Nurmalisa)