Flying success karya seni rupa kelompok hitam manis yang dipamerkan
dalam Festival Salihara ke-4 Serambi Salihara, (22/9)
Sejumlah tabung gas
elpiji digantung di langit-langit Serambi Salihara dengan panjang tali yang
berbeda-beda. Dengan sayap fiber bening yang dihiasi aneka gambar, koloni
tabung yang disebut flying success itu seperti melayang-layang di udara.
Pertunjukan instalasi seni rupa ini bagian dari rangkaian acara
Festival Salihara ke-4. Untuk seni rupa, Direktur Festival Salihara Nirwan
Dewanto mengungkapkan, pertunjukan baru diadakan sejak festival ke-3. Sama
dengan tahun-tahun sebelumnya, festival tahun ini menyuguhkan
pertunjukan-pertunjukan lintas budaya.
Flying success merupakan hasil karya dari kelompok Hitam Manis,
yang beranggotakan 5 pemuda mahasiswa ISI Yogyakarta. Karya tersebut menjadi
kritikan bagi pemerintah karena harga elpiji yang terus melambung. “Kebutuhan
bahan bakar gas tidak terkendali. Instalasi ini menggambarkan kejenakaan dan
sindiran terhadap harga elpiji yang terus meningkat,” ujar I Robet Kan, salah
satu personil Hitam Manis.
Menurut Robet, tabung-tabung gas tersebut menjadi simbol
pertumbuhan kebutuhan manusia. Sedangkan, sayapnya merupakan harapan untuk
memulai hal yang baik.Baginya, elpiji menjadi problematika masyarakat yang tak
kunjung henti. Sedangkan kebutuhan masyarakat akan elpiji terus merangkak naik
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Semoga ada perubahan, semoga semua
masyarakat bisa menikmatinya” harap Robet, Sabtu (22/9).
Entah apakah harga gas elpiji akan terus melambungkan naik, atau
akan turun di titik yang diinginkan masyarakat. Menurut Lestari Budi Utami,
salah satu pengunjung pameran, jika sekilas melihat, ia tak dapat mengetahui
makna yang tersirat dalam karya instalasi itu.
Namun, mereka mengakui karya kelompok hitam manis sangat kreatif,
“Bagus karena salah satu media untuk masyarakat memberi kritik-kritik
untuk pemerintah. Menurut saya, komunitas-komunitas seperti ini harus
memperkaya karya-karyanya,” ujar Lestari.
Hal yang sama diungkapakan Mimi Silvia. Baginya, cara mengkritisi
pemerintah seperti ini lebih dapat diterima dan bermanfaat. “ Ini sesuatu yang
unik, daripada mahasiswa aksi mulu, aksinya pun nggak dapat apa-apa, cuma bikin
macet. Mending seperti ini, ada seninya yang bisa dinikmati orang,” katanya.
Nirwan mengungkapkan, semua pertunjukan merupakan bagian dari lintas budaya. “ Kita memiliki pertunjukan yang eksperimental dan juga komunikatif. Hal itu penting karena penonton menginginkan sesuatu yang lebih,” jelasnya.
Nirwan mengungkapkan, semua pertunjukan merupakan bagian dari lintas budaya. “ Kita memiliki pertunjukan yang eksperimental dan juga komunikatif. Hal itu penting karena penonton menginginkan sesuatu yang lebih,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, setiap tahunnya para pengunjung selalu tampak
antusias. Mereka terus berdatangan, baik dari luar negeri maupun dalam negeri,
termasuk undangan dari kalangan selebritis tanah air. Semakin larut malam,
Serambi Salihara makin bising karenanya.
Sorak-sorai pun terdengar ketika Kunokini, salah satu grup band
pembuka pameran membawakan beberapa lagu andalan mereka. Para pengunjung
terlihat bergoyang mengikuti vokalis dan terus menyanyikan lagu dalam lirik
bahasa Inggris, Indonesia, Jawa, dan daerah lainnya. Grup band yang konsen pada
etnik-eksperimental ini mengandalkan bunyi aneka perkusi dari Nusantara dan
dunia.
Festival internasional dua tahunan ini melibatkan sekitar 13 grup
seniman dari berbagai negara. Tahun ini, negara yang terlibat di antaranya
Indonesia, Australia, Belanda, Kanada, dan Spanyol. Festival ini akan
berlangsung selama satu bulan, mulai dari 22 September hingga 24 Oktober 2012.(Karlia
zainul)