UIN Jakarta, INSTITUT – Debat
antar mahasiswa baru (Maba)
mewarnai pelaksanaan Orientasi Pengenalan
Akademik (OPAK) Fakultas
Adab dan Humaniora (FAH) pada Jumat (31/8) di Aula Student Center (SC). Debat sudah menjadi
agenda rutin dalam pelaksanaan OPAK di sana . Untuk tahun
ini, tema yang diusung ialah Hukuman Mati
untuk Para Koruptor
dari Segi HAM
dan Agama.
Sehari sebelum
debat antar Maba, setiap mentor menginstruksikan mereka untuk
mencari bahan yang nantinya akan diskusikan. Setelah berdiskusi, maba dibagi
menjadi dua kelompok, yakni kelompok
pro dan kontra. Kemudian, delapan mahasiswa dipilih sebagai wakil
dari kelompok pro
dan delapan mahasiswa
dari kelompok kontra
untuk menyampaikan pendapat
mereka.
Menurut ketua BEM FAH,
Tutur A.M, acara debat bertujuan
untuk meningkatkan semangat baca Maba. “Selain itu, mahasiswa baru juga
dapat menjadi kritis dan
mengeluarkan argumen dengan
landasan yang jelas, ” katanya yang juga mahasiswa Bahasa
dan Sastra Arab
semester 7.
Selain meningkatkan minat baca Maba, debat juga diadakan agar mereka
mengetahui perbedaan antara siswa dan mahasiswa. Panitia acara
debat, Aida Fitri Kusnadi mengatakan, mahasiswa bukan
lagi menyalin jawaban
secara mentah dari
buku atau LKS
seperti siswa pada
umumnya.
“Diharapkan dengan adanya debat tersebut, Maba mencari
informasi dari berbagai
sumber, tidak hanya satu sumber
saja. Mahasiswa juga harus menganalisis.
Bukan asal copy dan paste,
karena belum tentu
semua sumber benar
adanya,” paparnya, Jumat (31/8).
Menurut Maba jurusan
Bahasa dan Sastra
Arab, Siti Fathiyati
Syahadah, acara debat yang
berlangsung sejak pukul
17.00 hingga 18.00
sangat penting diadakan
dalam OPAK 2012. Dari
debat tersebut, ia dapat
mengetahui tentang hukuman
mati untuk koruptor dari sudut
pandang agama dan
politik.
“Di Islam sudah
ada hukum tentang
qishos. Koruptor tidak
seharusnya dihukum mati, tapi
dipotong tangannya saja
karena sudah mencuri
uang masyarakat. Koruptor juga
manusia, jadi dia punya
hak untuk hidup,” ucapnya, Jumat (31/8).
Fita Megeta Sari, Maba jurusan
Bahasa dan Sastra
Inggris, justru menilai tema
yang diangkat oleh
FAH sudah tidak
populer dan tidak
hangat lagi untuk
didebatkan. Bagi Fita,
membahas mengenai korupsi
tidak akan pernah ada
habisnya.
“Diperdebatkan juga percuma, walau masing-masing
orang memiliki pendapat pro maupun kontra. Kalau menurut
saya pribadi, semua tergantung
dari instansi pemerintah. Kalau rakyat
berbicara, sedangkan pemerintah tetap
memutuskan koruptor tidak
pantas dihukum mati, perdebatan tidak akan menghasilkan
solusi apa-apa,” tandasnya, Jumat
(31/8). (Gita Juniarti dan A.Sayid Muarief)