![]() |
Gedung FISIP UIN Jakarta |
Melalui
hasil rapat pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada Selasa
(24/7), memutuskan adakan tambahan waktu satu hari pada saat Orientasi
Pengenalan Akademik (OPAK) FISIP 2012 mendatang. Ini dilakukan demi memenuhi
permintaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP yang menuntut
diseleggarakannya kegiatan berorientasi kemahasiswaan di luar orientasi
akademik yang ditetapkan pihak Universitas.
Hal
ini dikemukakan Pembantu Dekan (Pudek) Bidang Kemahasiswaan FISIP, Ahmad
Abrori. Ia mengatakan, awalnya BEM menuntut pelaksanaan OPAK selama empat
hari dengan dua hari masa orientasi resmi yang dijadwalkan universitas,
yaitu 29-30 Agustus dan selebihnya untuk kegiatan kemahasiswaan. Namun hal
tersebut tidak dapat terpenuhi lantaran di hari ketiga pelaksanaan OPAK,
fakultas memutuskan untuk mengadakan tes penempatan (placement test).
Melalui
hasil putusan rapat, setiap fakultas telah ditetapkan untuk menjalani OPAK
selama dua hari. Untuk memenuhi ketetapan itu, Abrori menyatakan untuk tetap
melaksanakan orientasi resmi selama 2 hari. “Dengan mengoptimalkan dana yang
ada, hari keempat tanggal 1 September, diadakan kegiatan non-orientasi BEM,”
ujarnya
Tuntutan
tersebut lahir dari kekecewaan BEM FISIP beserta struktur kepanitian OPAK FISIP
lantaran konsep OPAK berdurasi empat hari yang telah dirancang sejak dua bulan
lalu terancam gagal dijalankan. Hal ini terjadi sebab konsep tersebut berbenturan
dengan ketetapan pihak universitas atas durasi OPAK selama dua hari yang baru
ditetapkan pada Rapat Persiapan OPAK, Jum’at (13/7).
Muhammad
Rafsanjani, Ketua Pelaksana OPAK FISIP 2012 menuturkan, dua bulan lalu Abrori
menginstruksikan BEM agar membentuk panitia OPAK. Meski belum ada rujukan resmi
dari hasil keputusan rapat persiapan OPAK di pusat, konsep matang selama empat
hari pun telah dipersiapkan. Namun, hal ini justru merugikan panitia yang telah
bekerja keras menggarap konsep acara lantaran belum adanya dasar resmi mengenai
teknis pelaksanaan OPAK.
“Kami
perjuangkan ini karena semua acara yang kami rancang telah terkonsep untuk
memberi apa yang dibutuhkan mahasiswa, terutama yang tidak didapat mahasiswa
melalui proses akademik di kampus. Jika konsep ini terhapuskan tentu sangat
merugikan mahasiswa dan juga panitia, utamanya di sisi material, waktu, serta
performa panitia,” tegasnya.
Menanggapi
hal itu, Abrori mengungkapkan persiapan kepanitiaan OPAK sebelum adanya rapat
terpusat, merupakan langkah agar acara tersebut dapat terlaksana dengan matang.
Namun, ketika peraturan OPAK bergulir dan konsep acara justru berbenturan
dengan kesepakatan pusat, pihak fakultas mempertimbangkan kerja BEM dan segenap
panitia yang telah mengkonsep acara dengan baik.
“Dengan
sejumlah pertimbangan itulah, pada akhirnya pihak fakultas berkenan untuk
mengalokasikan waktu untuk kegiatan BEM pada hari keempat,” tuturnya.
Saat
dikonfirmasi pendapatnya mengenai pelaksanaan OPAK berdurasi lebih, Pembantu
Rektor Bidang Kemahasiswaan, Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, setiap fakultas
diperbolehkan untuk menambah durasi masa perkenalan dan orientasi di luar
durasi formal yang telah ditetapkan kampus, tetapi tidak akan ada penambahan
pasokan dana untuk untuk itu.
Terkait
tuntutan mahasiswa yang disebabkan inkorelasi durasi teknis acara, ia
menjelaskan, sebaiknya perencanaan konsep OPAK di fakultas ini harus mengacu
kepada keputusan rapat pusat agar tidak terjadi benturan antara keputusan rapat
dengan konsep acara yang telah dipersiapkan.
Dengan putusnya
ketetapan ini, Rafsan mengaku sedikit terpuaskan lantaran konsep yang panitia
buat tidak menjadi sia-sia. Meskipun begitu kepanitian tetap melakukan
perombakan susunan acara sebab harus merujuk susunan yang telah ditetapkan
fakultas. “Saat ini kami sedang menunggu rampungnya rundown acara fakultas,
agar bisa kami gunakan sebagai acuan perumusan susunan acara,” tandasnya. (Adea
Fitriana)