Judul : Trust
Subjudul : Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran
Penulis : Francis Fukuyama
Penerbit : Qalam
Isi : xix+ 563 halaman
Terbit : April 2007
ISBN : 979-9440-32-7
Kehidupan
sosial dan ekonomi acapkali dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan.
Sejumlah kalangan berpendapat, dimensi sosial tercipta melalui interaksi serta
kemampuan sosiabilitas seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Sebaliknya,
kehidupan ekonomi baru akan tercapai ketika individu mampu memakmurkan diri
melalui usaha memaksimalkan keuntungan sebesar-besarnya bagi individu itu
sendiri.
Namun,
paradigma akan pertentangan tersebut tidak berlaku sepenuhnya. Dalam teori
neoklasik kontemporer, umat manusia sejatinya merupakan individu-individu
rasional yang memaksimalkan kegunaan (rational utility-maximizing individuals).
Menurut teori ini, sesungguhnya manusia akan mendayagunakan berbagai hal
rasional demi meraup kemapanan ekonomi.
Di
sisi lain, menurut frasa Mark Gravotter, pencapaian ekonomi melaui
pemaksimalan kegunaan sebetulnya sejalan dengan perilaku sosial dan
moral. Hal ini terjadi lantaran pencapaian ekonomi tidak selamanya
dicapai oleh perilaku invidu secara rasional, tetapi dapat pula melalui
pencapaian kelompok-kelompok atau individu-individu yang terikat dalam
komunitas.
Berkaca
dari kedua teori ini, sesungguhnya manusia akan mendayagunakan berbagai
hal rasional maupun yang dianggap irasional demi meraup kemapanan ekonomi.
Salah satunya faktor kepercayaan yang ada di sektor kehidupan sosial untuk
mengefisienkan kerja mereka dalam meraup kemakmuran yang sebesar-besarnya.
Secara
tak terduga, kepercayaan menjadi modal (social capital) yang dapat
didayagunakan untuk membangun ekonomi individu maupun sebuah bangsa. Terbukti
dari pesatnya kemajuan ekonomi sejumlah negara high trust dalam merajai ekonomi
dunia. Dengan memanfaatkan kepercayaan sosial, Jepang, Jerman bahkan Amerika
Serikat pun mampu memiliki fleksibilitas untuk bergerak naik menjadi
negara-negara bisnis raksasa.
Korelasi
antara kekuatan budaya kepercayaan serta kemajuan ekonomi inilah yang coba
dibuktikan Francis Fukuyama dalam bukunya yang berjudul Trust. Bertajuk
‘Kebajikan Sosial dan Penciptaaan Kemakmuran’, Fukuyama mengungkapkan budaya
kepercayaan sosial memiliki pengaruh yang cukup menentukan untuk kekuatan
ekonomi suatu bangsa.
Melalui
Trust, pria kelahiran Chicago, 27 Oktober 1952 ini menggambarkan korelasi
keragaman kebudayaan dengan kehidupan ekonomi di sejumlah negara berkepercayaan
tinggi dan rendah (high trust and low trus society). Seperti rendahnya
kepercayaan yang menghambat laju perkembangan ekonomi bisnis di Cina. Budaya
familistik yang kental pada masyarakatnya otomatis mereduksi kemampuan sosiabilitas
seseorang dalam berinteraksi dengan wilayah non-kerabat.
Hal
ini cukup mempengaruhi sistem bisnis lantaran orientasi ekonomi tersebut
menjadi selalu condong pada orientasi bisnis keluarga yang rawan disorientasi.
Sejarah membuktikan, kekuatan regenerasi bisnis keluarga tidak akan mampu
bertahan lama. Seringkali kesuksesan hanya dirasakan oleh generasi pertama
bisnis tersebut, lantas tidak jarang akan hancur pada tahta generasi kedua
ataupun ketiga.
Regenerasi
tidak selektif melalui garis keluarga serta sangat tertutupnya bisnis tersebut
terhadap tenaga profesional, menjadi sejumlah faktor bisnis keluarga di Cina
seringkali gagal menjadi bisnis besar yang mampu membangkitkan ekonomi
negaranya. Rendahnya kepercayaan sosial terhadap tenaga manejerial profesional
pun nyata menyiratkan bahwa Cina enggan untuk bermetamorfosis untuk menjadi
raksasa ekonomi dunia.
Sebaliknya,
dengan kepercayaan yang tinggi (high trust) terhadap wilayah sosial
non-kerabat, Jepang justru berhasil menancapkan nama sejumlah perusahaan
besarnya di kancah dunia. Kepercayaan serta kelenturan dalam menyikapi hadirnya
tenaga-tenaga profesional dalam aspek bisnis membuat Jepang lantas memiliki
fleksibilitas untuk maju mengembangkan bisnis dan perekonomian negara.
Jepang
tidak lagi terpaku pada kerjasama yang beorientasi kerabat, bahkan dalam
beberapa kasus, pemimpin perusahaan di Jepang tidak ingin ada dinasti
kekerabatan di dalam perusahaannya. Di dalam buku ini diceritakan, betapa
pemimpin perusahaan tersebut lebih memilih tenaga profesional yang mumpuni
dalam bidang manejerial dibandingkan anaknya sendiri.
Kepercayaan
pada wilayah sosial merupakan salah satu modal berharga dalam pergerakan
ekonomi bangsa. Hal inilah yang ingin disampaikan Fukuyama, yang juga penulis
buku ‘The and History and The Last Man’. Selain itu, Trust juga membuka mata
penikmatnya bila kepercayaan dapat menyingkap kemampuan indvidu yang
sesungguhnya sebagai modal dalam ekonomi, dan bukan hanya penilaian berdasarkan
aspek kedekatan atau kekerabatan semata.
Untuk
itu, buku ini tidak hanya baik untuk dibaca oleh pelajar, namun buku ini juga
direkomendasikan untuk seseorang yang ingin merambah dunia bisnis. Penelusuran
akan dampak dari high trust and low trus society telah membukakan kesempatan
bagi para pelaku bisnis untuk menentukan sikap lantaran buku ini cukup
memberikan gambaran bagaimana membangun serta mengembangkan bisnis dan relasi
yang baik.
Tidak
hanya mengungkap geliat familisme di Cina, gelombang high trust di Jepang serta
pengaruh masing-masing kebudayaan tersebut pada perekonomian negaranya, namun
buku ini juga mengkisahkan sejumlah korelasi budaya dan ekonomi di sejumlah
negara. Seperti, Italia, Perancis, Korea, Jerman dan bahkan buku ini menguak
rahasia keberhasilan negara high trust, Amerika Serikat, dalam citra
keindivisualistikannya.
Buku
ini secara berkesinambungan menjelaskan konsep-konsep ekonomi di dalam setiap
babnya. Namun, ibarat dua sisi mata uang, Trust juga memiliki kekurangan
disamping kelebihannya. Buku yang terdiri dari 5 bab dan 31 subbab ini
cenderung memiliki gaya bahasa yang berat dan kata-kata terjemahan yang sulit
untuk dipahami oleh masyarakat awam. Untuk itu, pembaca disarankan untuk
memiliki kamus ekonomi untuk dapat memahami isi buku ini secara menyeluruh.