Dikarenakan tahun ini jumlah
mahasiswa Hubungan Internasional (HI) program Internasional yang memenuhi
persyaratan tidak mencapai standar untuk membuka kelas internasional, Pembantu
Rektor (Purek) 1 Bidang Akademik, Mohammad Matsna memutuskan untuk melebur HI
Internasional dengan HI kelas reguler.
Matsna menjelaskan, sebenarnya
salah satu persyaratan calon mahasiswa yang ingin masuk di kelas HI
Internasional yaitu mempunyai hasil TOEFL minimal 500. Nyatanya, tahun ini dari
23 jumlah mahasiswa yang mendaftar ulang, hanya 5 mahasiswa yang memenuhi
syarat tersebut. Padahal, standar pembentukan kelas internasional itu minimal
berjumlah 20 mahasiswa. “Atau bila harus dipaksakan 15 mahasiswa,” tambahnya
pada Kamis (28/9).
Ditahun-tahun sebelumnya, pihak
akademik masih memberi kelonggaran untuk persyaratan itu. Tetapi, kebijakan
tersebut justru menghambat proses pembuatan skripsi mahasiswa. “Mahasiswa HI
Internasional diwajibkan menulis skripsi berbahasa Inggris dan baru beberapa
saja yang mampu menyelesaikannya”, jelas Matsna.
Berkaca dari kejadian tersebut,
akhirnya diputuskan untuk tahun ini dan seterusnya pihak akademik akan
menegaskan tentang kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa HI Internasional. “Ya,
nanti kalau memang tidak ada yang nilai TOEFLnya 500, lebih baik tidak dibuka
saja,” tegasnya.
Matsna pun menuturkan,
jurusan-jurusan lain yang berbasis internasional diberbagai fakultas tidak
mensyaratkan TOEFL 500. “Karena kalau HI itu nantinya akan menjadi ahli-ahli
internasional, jadi kemampuan berbahasa itu harus,” paparnya.
Menurutnya,
ia juga sudah mewacanakan, untuk tahun-tahun yang akan datang, kelas
internasional tidak akan dibuka melalui jalur-jalur Penerimaan Mahasiswa Baru
(PMB). Namun, akan diseleksi ketika para mahasiswa memasuki semester 3.
“Jadi ketika tingkat awal kuliah akan dilihat siapa-siapa saja yang mampu
berbahasa Inggris, lalu tawarkan pada mereka,” jelasnya
Ia pula menjelaskan, pembayaran
yang sudah dilakukan para mahasiswa, akan segera dikembalikan, setelah semua
urusan administrasi pemindahan mahasiswa dari internasional ke regular selesai.
“Tidak akan lama kok,” ucapnya.
Friane Aurora, selaku ketua
jurusan (kajur) HI Internasional menyatakan, pihaknya setuju saja kalau memang
sudah diputuskan seperti itu. “Ini kan untuk kebaikan semuanya juga,” ungkapnya
Senin (24/9)
Sesaat setelah SK diberitahukan,
pihaknya segera berkoordinasi dengan sekretaris jurusan (sekjur) HI reguler
untuk membuka satu kelas lagi. Ia juga memberitahukan kepada semua dosen
mengenai hal ini. “Sehingga kuliah anak-anak tidak tergadaikan,” ungkapnya.
Jadi, kata Aurora, HI untuk tahun ini tidak ada yang internasional.
Juliansah Yusuf, salah satu
mahasiswa semester 1 HI internasional yang dilebur menjadi HI regular menceritakan,
ia dan teman-temannya diberitahukan hal ini sehari setelah Orientasi Pengenalan
Akademik (OPAK). Kemudian, hari pertama kuliah, mereka belajar menggunakan
sistem kelas Internasional.
Namun, keesokan harinya, ia dan
teman-temannya dipisahkan ke berbagai kelas HI reguler. Berselang satu minggu,
mereka kembali digabung dalam satu kelas. Tetapi, menggunakan sistem
pembelajaran HI reguler.
Ia mengungkapkan, pada awalnya
memang kecewa akan keputusan ini. “Sudah susah-susah kan masuk HI
internasional,” ucapnya. Ia juga mengatakan, teman-temannya sempat memprotes
langsung ke pihak rektorat. “Tapi ya mau bagaimana lagi, lagi pula secara garis
besar pembelajaran di HI internasional dan HI reguler, sama saja,” tuturnya
Senin (24/9). (Siti Ulfah
Nurjanah)